TAKUT
Takut adalah kata sifat
atau adjective yang berarti ; 1 merasa gentar (ngeri) menghadapi
sesuatu yang dianggap akan mendatangkan
bencana : anjing ini jinak, engkau tidak
perlu --; 2 takwa; segan dan hormat:hendaklah kita -- kpd
Allah; 3 tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb):hari sudah
malam, aku -- pulang sendiri; 4 gelisah; khawatir (kalau ...): digenggam
-- mati, dilepaskan -- terbang, peribahasa rasa gelisah, khawatir
kacau-balau; -- bayang-bayang perasaan takut tanpa alasan;
-- suntuk malam takut akan sampai pd batas malam; takut kemalaman; Sumber
: http://www.artikata.com/arti-353047-takut.html.
Segala
bentuk ketakutan adalah tidak baik. Karena akan menghalangi, membatasi ruang
gerak untuk maju dan berkembang. Oleh karena itu, demi alasan apapun takut
adalah tidak baik. Yang baik adalah membangun kesadaran dan pemahaman untuk
tidak melakukan sesuatu yang tidak baik. Itulah sebabnya, kalau kita melarang
anak melakukan sesuatu, jangan dengan mengancam atau menakut-nakuti anak.
Karena itu pasti akan memberikan pengaruh yang tidak baik. Anak bisa
demotivasi, bisa apatis dan tidak berani mengambil inisiatif. Itulah yang
terjadi selama 32 tahun Indonesisia di bawah pemerintahan Orde Baru, dengan
kekuasaan politik yang kuat, didukung oleh kekuatan ABRI, Orde Baru menjalankan
kekuasaannya. Pendekatan perintah dengan cara intimidasi dan gaya otoriter,
telah meninggalkan budaya asal bapak senang di masyarakat Indonesia.
Dengan
pendekatan kekuasaan yang otoriter dan intimidatif, kelihatanya berhasil
menekan segala bentuk perlawanan, namun tingkat kesadaran dan pemahaman akan
pentingnya suatu ketaatan atas aturan dan hukum tidak dibangun. Itulah yang
terjadi pada Indonesia, ketika Reformasi, masyarakat belum sadar, dan paham apa
pentingnya ketaatan pada aturan perundang-undangan dan hidup toleransi.
Sehingga masyarakat menjadi liar, sulit diatur dan kecenderungan memberontak
ketika keinginan tidak dipenuhi. Hal ini karena kesadaran akan perlunya suatu
tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak ditanamkan dengan baik. Kebiasaan takut ini terbentuk oleh
fakor-faktor seperti; 1. Karena kebiasaan ditakut-takuti waktu masih kecil. 2.
Karena trauma atas kejadian yang pernah dialami. 3. Tidak yakin pada kemampuan
diri. 4. Karena ketakwaan, segan
atau hormat kepada Tuhan. Untuk
menjelaksannya maka saya akan uraikan faktor-faktor tersebut sbb:
1.
Karena
kebiasaan ditakut-takuti waktu masih kecil. Kebiasaan
menakut-nakuti anak waktu kecil adalah suatu kesalahan. Kita tidak sadar, telah
menanamkan rasa takut kepada anak, dan melumpuhkan rasa percaya diri pada anak
terebut ketika kita mencoba menakut-nakuti
anak-anak semasa kecil. Kelihatannya hal sepele, namun dampaknya sangat fatal
bagi kondisi kejiwaan anak tersebut.
Kebiasaan
beranilah yang harus kita tanamkan kepada anak, bukannya kebiasaan takut. Kalau
kebiasaan takut kita tanamkan, dengan menakut-nakuti anak dengan harapan mereka
beherneti menangis, atau tidak melakukan tindakan yang tidak diharapkan, atau
bahkan sekedar membuat lulucu-lucuan, tanpa kita sadari anak tersebut akan
berkembang menjadi anak yang tidak percaya diri dan menjadi penakut untuk
menghadapi segala situasi.
Hal
yang baik, adalah melatih anak sejak kecil untuk jadi berani tampil, dengan
membangkitkan rasa percaya diri anak tersebut. Dengan melatih anak tampil di
depan umum untuk berpidato, atau menyanyi, atau membawakan puisi, atau menari,
adalah cara yang paling baik untuk melatih keberanian atau percaya diri dari
anak-anak. Setelah mereka berhasil mempertunjukan keberanian mereka, kita harus
berikan hadiah atau kita berikan pujian
sebagai reward atas perilaku positif tersebut. Masa umur 1 tahun sampai 7 tahun
adalah masa paling baik untuk melatih anak menjadi percaya diri dan berani
tampil. Sebaliknya pada usia itu kalau kita sering menakut-nakuti anak,
mempermalukan mereka, maka akibatnya adalah anak akan tumbuh menjadi tidak
percaya diri, dan tidak berani tampil.
Sewaktu
kecil, saya sering mengikutkan anak saya untuk latihan menari, menyanyi dan
melakukan aktifitas yang bisa membangkitkan kepercayaan diri mereka.
Keberanian, kepercayaan diri harus kita pupuk dengan mengikutkan mereka pada
kegiatan yang bisa merangsang keberanian mereka dan membangun rasa percaya diri
mereka. Itulah tugas orang tua paling penting yaitu menanamkan dan menumbuhkan
rasa percaya kepada anaknya.
2.
Karena
trauma atas kejadian yang pernah dialami. Suatu kejadian
yang pernah dialami dimana individu merasa sakit, perih, pedih, kecewa, atau
dipermalukan, akan membawa pengaruh yang tidak baik bagi seseorang, terutama
bagi anak-anak. Mereka akan menyimpan rasa sakit baik secara fisik, maupun secara
mental, yang menyebabkan mereka takut lagi mengalami kejadian yang sama.
Itulah
sebabnya setiap anak atau siapa saja yang pernah mengalami suatu peristiwa yang
menyakitkan baik fisik maupun mental, perlu harus mendapat treatment atau
pemulihan kejiwaan. Pada dasarnya mereka telah mengalami suatu mental shock,
atau goncangan mental, yang perlu harus dinetralisir dengan membangkitkan rasa
percaya diri mereka lagi. Kalau ada kesempatan ke psikiater, atau psikolog, tentu
akan lebih baik, agar dapat diberikan treatment atau pemulihan atas goncangan
kejiwaan mereka.
Hal
yang paling penting yang harus dilakukan adalah memberikan kesadaran dan
keyakinan pada mereka bahwa semua orang pasti mengalami kecelakaan, kegagalan
atau mengalami rasa sakit hati, rasa kecewa atau rasa dipermalukan. Kalau untuk
kecelakaan, yang penting adalah kita harus lebi hati-hati untuk melakukan hal
tersebut dikemudian hari. Namun tidak harus dianggap sebagai kiamat dalam
karir, dalam hoby atau dalam kehidupan ini. Kecelakaan haruslah diterima
sebagai pelajaran, untuk mengetahui apa yang kurang, kesalahan apa yang
dilakukan, sehingga terjadi hal tersebut, dan tidak usah harus menjadi takut,
tapi harus lebih berlatih lebih baik, lebih hati-hati bertindak. Itulah yang
perlu dipahami dan harus dilakukan kedepan. Kejadian yang sudah terjadi
hendaknya dijadikan sebagai pengalaman berharga, tapi jangan diterima sebagai
suatu kiamat yang membuat kita takut melanjutkan atau mengulangi suatu
aktivitas. Diatas segalanya, kematian itu adalah ditangan Tuhan. Selama kita
masih diselamatkan, berarti Tuhan masih memelihara kehidupan kita.
Untuk
kejadian yang sifatnya menyakitkan atau mengecewakan hati, membuat rasa malu,
sesungguhnya kita harus memandang sebagai suatu ujian hidup saja. Kalau kita
menjadi trauma dan takut lagi menghadapi kenyataan semacam itu, adalah suatu
sikap yang merugikan diri sendiri. Kejadian-kejadian tersebut bukanlah kiamat
dalam hidup kita. Tidak ada manusia ada yang sempurna mengjalani kehidupan ini.
Yang penting bagi kita adalah kita tau bahwa akibat dari suatu perbuatan
tersebut adalah tidak mengenakan perasaan.
Oleh
karena itu, kita haruslah hati-hati untuk berikutnya, tidak perlu membuat kita
menjdi minder, malu dan takut berhadapan dengan orang. Tapi kita ambil sebagai
suatu pelajaran yang berarti, dan tidak akan terjebak pada hal-hal yang
demikian, dan tidak lantas membatasi diri kita dan berhenti mengenal atau
bergaul dengan orang lain. Setiap orang tidaklah sama sifatnya, dan tidak semua
orang punya niat yang tidak baik. Namun kehati-hatian dalam bertindak haruslah
menjadi perhatian kita. Pengalaman yang pernah kita alami hendaklah kita
jadikan sebabai guru, tapi tidak harus menghentikan kita dari aktivitas kita.
Satu
hal yang perlu kita sadari dan pahami. Kita tidak dapat mengontrol cara
berpikir orang lain, karena itu adalah wilayah diluar kekuasaan kita. Wilayah
kebebasam, wilayah kedaulatan orang lain, dan wilayah asasinya orang lain.
Namun kita juga punya hak untuk tidak ambil pusing dengan pandangan mereka.
Biarlah mereka merasa benar dengan pikiran mereka, tapi kita juga punya hak
untuk tidak pusing dengan pandangan mereka. Dengan berpikiran demikian, maka
kita akan terbebas dari tekanan sosial, seperti apa persepsi mereka tentang
kita, namun kita juga punya cara sendiri untuk menyikapi hidup ini, dengan
tidak harus terpengaruh oleh cara pandang mereka yang menurut kita tidak benar.
Kalau kita sudah mampu berpikir seperti itu, artinya kita sudah mampu memilah,
mana yang baik yang bisa kita ambil, yang tidak baik harus kita buang jauh-jauh
dari pikiran kita. Menghiraukannya sekalipun, tidak perlu kita lakukan, namun
tidak perlu juga harus kita pertentangkan, karena itu adalah wilayah
kedaulatan, wilayah kebebasan dan wilayah hak asasinya orang lain, yang kita
tidak boleh masuk campur.
3.
Tidak
yakin pada kemampuan diri. Banyak orang tidak berani
melakukan sesuatu tindakan, hanya karena merasa tidak yakin dengan diri
sendiri. Cara pandang meremehkan diri sendiri adalah cara pandang yang
benar-benar keliru. Kalau orang lain tidak yakin dengan kita, masih bisa
dipahami. Namun kalau kita sudah tidak yakin dengan diri kita sendiri, lalu
siapa lagi yang percaya, yang yakin dengan kita.
Dukungan
terbesar untuk kita menjadi berani dalam bertindak adalah dorongan dari diri
sendiri. Keyakinan dirilah yang membuat kita bisa berani untuk melangkah atau
bertindak. Menyadari kemampuan kita kurang, itu adalah sikap yang baik. Dengan
demikian membuat kita akan belajar, dan berusaha untuk meningkatkan dan memperbaiki
kualitas diri kita. Namun kalau kita sudah tidak yakin dengan diri kita
sendiri, maka kita akan minder, tidak berani dan akan selamanya tidak akan bisa
maju lagi. Karena takaran diri kita sudah kita patok. Keyakinan diri merupakan
suatu afirmasi dan konfirmasi atas angan-angan hati, setelah kita melakukan
visualisasi dalam imajinasi kita. Oleh karena itu, keyakinan diri, tidak lain
mendasari keimanan kita akan sesuatu. Dan itu sudah merupakan doa yang kita
lempar ke alam semesta, kemudian Tuhan terima sebagai permohonan kita, yang
kemudian berbalik pada diri kita sebagai suatu jawaban atas permohonan kita.
Oleh
karena itu, hati-hatilah kita membuat suatu afirmasi dan konfirmasi terhadap
suatu angan-angan hati, karena akan membawa kepada harapan, dan mendorong suatu
keinginan hati yang kuat melalui keyakinan diri kita dalam bentuk iman kepada
Tuhan, Allah yang adalah sumber segala berkat dan sumber kekuasaan di alam
semesta ini. Apa yang kita pikirkan, lalu kita afirmasi dan konfirmasi dalam
bentuk harapan dan iman, akan membawa kepada suatu kenyataan, karena itu sudah
terhubung dengan kekuatan alam semesta, yaitu Intelegensia Tak Terbatas
(Omniscient) dan Kekuatan Tak Terbatas (Omnipotent), yang tidak lain adalah Allah
itu sendiri, yang akan melayani segala keyakinan hati kita yang naik berupa
permintaan doa kepada-Nya.
Tuhan,
Allah, Pencipta Alam Semesta, adalah Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu
siap mendengar dan melayani setiap permohonan umat-Nya yang setia kepada-Nya.
Apapun yang kita minta dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, pasti akan
diberikan-Nya, asalkan kita punya pengaharapan dan iman yang sungguh-sungguh
kepada-Nya. Tuhan adalah sumber hidup, kehidupan dan penghidupan. Dia adalah
sumber kekuatan dan sumber segala berkat. Itulah yang menjadi dasar iman dan
pengharapan kita, karena Tuhan yang kita percaya, yang kita sembah adalah
sember segala-galanya, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, jadi apa yang
kita ragukan. Dengan bergantung dan berharap kepada-Nya maka hidup kita,
kehidupan kita dan penghidupan kita akan terjamin. Tidak ada yang mustahil bagi
Tuhan. Yang dituntut dari kita hanya satu, yaitu harus percaya kepada-Nya.
4. Karena ketakwaan, segan atau hormat
kepada Tuhan. Takut akan Tuhan, yang mengandung makna
takwa, segan atau hormat. Takut akan Tuhan lebih menuntut rasa hormat atau
respect dari umat manusia sebagai ciptaan-Nya. Atas dorangan Cinta Kasih yang
ada pada-Nya, Tuhan menjadikan manusia sebagai makluk yang paling mulia di alam
semesta ini. Oleh karena Cinta Kasih-Nya, walaupun banyak pelanggaran yang
manusia lakukan, namun Dia sanggup mengampuni, asalkan kita percaya kepada-Nya.
Cinta Kasih Allah, adalah Cinta Kasih yang tiada batas, yang tidak terselami
oleh kepintaran manusia.
Dalam
Keagungan-Nya, Kemahakuasaan-Nya, Keadilan-Nya, Kekekalan-Nya, Kebenaran-Nya,
dan Cinta Kasih-Nya yang tidak batas, Allah telah menjadikan alam semesta ini
beserta segala isinya. Oleh karena itu seluruh jagad raya ini ada dalam kendali
kuasa-Nya. Dan karena itu, patutlah semua makluk di Jagad Raya ini takluk dan
sujud menyembah kepada-Nya. Tiada Allah lain yang berkuasa di alam semesta ini.
Allah
berfirman: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha
Suci Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. Al-Araf : 54). https://netlog.wordpress.com/category/dimana-allah-berada/
“Janganlah kamu membuat berhala
bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu, juga batu
berukir janganlah kamu tempatkan dinegerimu untuk sujud menyembah kepadanya,
sebab Akulah Tuhan. Jikalan kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang
pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberikan kamu hujan pada
masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohon di ladangmu akan
memberi buahnya.”(Imamat 26:1, 3-4).
“Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga
dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukan kasih
setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu,
dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.” (Keluaran 20:4-7).
Dari firman Tuhan di atas, membuktikan kepada kita, bahwa
tiada Allah lain di alam semesta ini yang kita sembah, selain Dia, TUHAN,
Allah, Pencipta Alam Semesta ini. Hubungan manusia dengan Tuhan, Allah
Pencipta, harus dilakukan dalam hubungan yang berwujud penurutan. Hanya dengan
menuruti perintah-Nya kita menghormati dan menyembah Dia sebagai Pencipta.
Hubungan yang menuntut ketulusan, keikhlasan dalam menuruti segalah
perintah-Nya dan kesetiaan dalam menyembah-Nya.
Sebagai
konsekuensinya, Tuhan akan mencurahkan berkat yang melimpah dalam kehidupan
kita baik kesehatan, rejeki, kehormatan dan kekuasaan, atau kemudahan dalam
melakukan segala tugas yang dipercayakan kepada kita, serta kepuasan batin yang
tak terlukiskan, itulah kebahagiaan yang kita rasakan dalam hidup kita.
Tetapi
seperti ada tertulis : “Apa yang tidak
pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang
tidak pernah timbul di dalam hati manusia : semua yang disediakan Allah untuk
mereka yang mengasihi Dia.” ( 1 Korintus 2:9).
"Allah menjadi (Pemimpin)
Pembela bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al Jasiyah: 19). "Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup."
(At Thalaq: 2). "Dan akan diberi rezeki sekira-kira tidak diketahui dari
mana sumbernya." (At Thalaq: 3).
"Jikalau penduduk sebuah
kampung (atau sebuah negara) itu beriman dan bertaqwa, Tuhan akan bukakan
berkat daripada langit dan bumi." (Al Aíraf: 96).
"Wahai mereka yang beriman
hendaklah kamu takut kepada Allah. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang
teguh; nescaya Allah akan membaiki amalan-amalan kamu..." (Al Ahzab:
70-71).
"Wahai mereka yang beriman,
hendaklah kamu takut kepada Allah. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang
teguh; nescaya Allah akan membaiki amalan-amalan kamu dan akan mengampun bagimu
dosa-dosa kamu." (Al Ahzab: 70-71)
"Itulah Syurga yang akan Kami
wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa." (Maryam: 63).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar