Entri yang Diunggulkan

THE NEW ERA - CYBERSPACE (DUNIA MAYA), SIAPA YANG MENGENDALIKANNYA

THE NEW ERA – CYBERSPACE (DUNIA MAYA) SIAPA YANG MENGENDALIKANNYA Peradaban dunia kini berubah begitu cepat, dunia seakan menjadi kec...

Sabtu, 13 Februari 2016

PENGALAMAN PAHIT KEDUA DALAM HIDUP SAYA

PENGALAMAN PAHIT YANG KEDUA DALAM HIDUP SAYA

Pada waktu itu sedang berlangsung ujian akhir semester, saya waktu itu baru masuk semester I di Unklab, pada tahun 1978 tiba-tiba saya dapat panggilan dari kantor Regitrar. Sampai di Registrar, mereka menyerahkan sebuah telegram untuk saya, dari Kantor Telegram di Siau. Suasana waktu menerima Telegram dari siau waktu setelah tamat dari SMA Neg III Manado, kembali terbayang. Tangan saya gemetar memegang Telegram tersebut. Firasat hati sudah merasakan hal yang tidak enak. Betapa kagetnya saya, karena ketika saya membuka Telegram tersebut, ternyata isinya adalah berita duka. Mata saya seperti berkunang-kunang. Sepertinya tak kuat saya meneruskan membaca telegram tersebut. Begitu nampak dengan jelas di mata saya, nama Ibu saya tertulis begitu jelas. “Telah meninggal dunia di Kinali, Siau Barat, Sangir Talaud, Ibu Ansilina Adilang”. Hati saya hancur, karena harapan saya satu-satunya yang bisa menjadi penguat semangatku, kini telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Oh Tuhaaaaan. Cobaan apa lagi yang terjadi pada saya. Ayah telah tiada, kini Ibu juga telah pergi untuk selama-lamanya.
Rasanya tak sanggup saya menyelesaikan ujian semester tersebut. Namun saya berdoa kepada Tuhan untuk minta kekuatan. Pikiranku jadi kalut. Apakah saya harus pergi melihat Ibu, dan meninggalkan ujian. Mr dan Mrs Goods yang waktu itu adalah dosen di Unklab, mengajak saya ke rumah mereka di Section two, tempat para dosen bule-bule di Unklab. Mereka menghibur saya sambil memberikan penguatan dan pemikiran yang sangat logis. Mereka meminta saya untuk tinggal menyelesaikan ujian, baru pergi ke Siau. Dalam pandangan mereka, kalau saya pulang, Ibu juga sudah dikubur. Dari pada harus kehilangan 1 semester, lebih baik ikuti ujia sampai selesai, baru pulang. Karena waktu itu belum ada system pengawetan mayat seperti sekarang. Sedangkan telegram juga saya terima sudah terlambat satu hari.
            Setelah melalu perenungan yang panjang, sayapun memilih untuk menyelesaikan ujian. Karena sama saja, kalau saya pulang paling tinggal lihat kuburan ibu. Saya tinggal sampai ujian selesai, dengan suasana batin yang kacau balau dan kecewa. Namun kembali saya berdoa untuk minta kekuatan dan penghiburan dari Tuhan. Sulit sekali waktu itu saya belajar. Karena pikiran saya selalu tertuju pada Ibu saya. Buku saya penuh dengan tetesan air mata. Teringat pada Ibu dan membayangkan nasib saya. Hasrat untuk ingin membahagiaka Ibu tidak tercapai. Dan itulah yang saya alami,  tidak pernah bisa membahagiakan ataupun membuat hati kedua orang tuaku bangga atas apa yang saya capai.
       Ingin rasanya membahagiakan mereka, tapi itu sudah tidak mungkin saya lakukan. Disetiap keberhasilan yang saya peroleh, selalu saya teringat pada kedua orang tua saya. Coba kalau Ayah dan Ibu masih hidup, tentu betapa bangganya mereka atas apa yang saya capai.
            Selesai ujian semester, saya langsung pulang ke Siau. Setibanya di Siau, seluruh keluarga menjemput saya dengan tangisan dan air mata. Kembali mereka menangisi nasib saya dengan duka yang begitu dalam. Mereka tidak kuat melihat penderitaan saya. Dalam usia yang masih mudah, sudah harus berjuang seorang diri, mengarungi lautan kehidupan yang tak tau kemana arah dan tujuannya. Saya pergi menangis di kuburan Ayah dan Ibu. Kuelus-elus batu nisan mereka. Papa, Mama, ngoni dua so enak, mar kasiang kita harus menjalani hidup ini tampa Papa dan Mama. Oh Tuhaan, berilah aku kekuatan, menerima semua ini. Aku tau bahwa Papa dan Mama sudah tiada, namun saya juga tau ada Engkau Tuhan Yang hidup. Aku percaya Engkau Allah Yang Hidup yang tau apa yang baik untukku. Lindungilah aku, sertailah aku dalam mengarungi lautan kehidupan yang luas ini.
            Hanya satu minggu saya berada di Siau, dan langsung kembali ke Manado, Karena saya harus meneruskan kuliah saya. Saya harus bekerja, untuk menunjang kuliah saya. Pulang ke Menado dengan tanpa membawa bekal uang. Uang yang ada hanya cukup untuk membiayai perjalanan saya sampai ke Kampus.
Setelah itu saya terpaksa berjuang sendiri dalam segala kepahitan dan kesulitan hidup yang saya alami, harus melanjutkan kuliah dengan status student labour (kuliah sambil bekerja di kampus). Harus membagi waktu untuk kuliah, bekerja dan belajar, semuanya harus dijalani. Karena perekonomian di Siau lagi sulit, sehingga tidak pernah menerima bantuan dari saudara di Kampung, sehingga semuanya saya harus tanggulagi. Karena bantuan dari Student Missionary, tidak belanjut hingga saya selesai kuliah. Begitu mereka balik ke Amerika, bantuan itu terhenti. Saya Harus pergi berjualan buku, dan kembali bekerja lagi di Kampus untuk bisa membiayai kuliah saya.
Berkat prestasi akademis yang baik, akhirnya beberapa dosen memberikan kepercayaan dengan menunjuk saya menjadi Corrector ujian untuk semua mata pelajaran mereka. Dengan demikian pekerjaan saya mulai ringan, kemudian diberi kesempatan mengajar di SD dan SMP Laboratorium di Universitas Klabat. Beban kerja  saya menjadi semakin ringan, yang tadinya harus bekerja di lapangan, dengan menahan panas terik matahari selama sekian tahun.
Lahir dari keluarga petani dan nelayan, Ayah adalah seorang pelayan Gereja Protestan yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dengan menjadi Pinolong atau Ketua Jemaat Gereja Protestan di Kampung Kinali Siau Barat Utara, Kabupaten Kepulauan Sitaro, sehingga banyak menanamkan prinsip-prinsip hidup yang baik. Saya diajar untuk menjadi anak yang takut akan Tuhan, hidup jujur, rendah hati, tulus dan setia, semangat dan pantang menyerah. Prinsip inilah yang menjadi bekal hidup saya selama saya menjalani kehidupan ini.
Tergoda oleh teman kuliah di UNKLAB pada merantau ke Balikpapan, akhirnya saya berangkat menuju ke Balikpapan. Di Balikpapan, bergabung di Total Indonesie, perusahaan asing milik Pemerintah Perancis, semacam Pertaminanya Indonesia. Berkat pengalaman di KUD Tombulu, Tomohon, dan Kuliah di UNKLAB dengan Major Accounting, akhirnya dipercaya untuk membantu di Koperasi Palapa, Koperasi Karyawan Total Indonesie. Dengan pengetahuan Komputer yang baru diperoleh dari Universitas Lambung Mangkurat, akhirnya berhasil menyusun program untuk sistem Accounting, control piutang, sehingga mempermudah melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk  segala kegiatan di Koperasi Palapa pada waktu itu.
Begitu mendapat kesempatan saya mengambil lagi kuliah Manajemen di Universitas Tridharma Balikpapan.
Berpikir untuk keluar dari Total Indonesie, dan berkeinginan mengadu nasib di Jakarta, namun  ragu kalau hanys mengandalkan ilmu dari UNKLAB DAN UNIV TRIDHARMA.  Pada waktu itu terpikir untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Karena ada teman Senior di UNKLAB, yang juga bekerja di Total Indonesia, namun berhenti dan berangkat melanjutkan pendidikannya di Amerika, maka saya memutuskan keluar dari Total Indonesie, mengikuti jejak dari Youke Longkotoy ke Amerika.
Setelah tinggal di Amerika, bekerja di beberapa perusahaan di sana, sambil menamba pendikikan saya di San Bernardino Valley College di Kota San Bernardino. Setelah 3 (tiga) tahun di Amerika, teringat tanggung jawab kepada anak-anak di Indonesia yang sudah harus mulai masuk sekolah, ditambah dengan keinginan untuk berkarir di Jakarta, maka saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Karena keluarga tinggal di Manado, maka saya kembali ke Manado, dan dengan segera mengambil langkah untuk menghidupkan keluarga. Langkah pertama adalah membuka Kursus Bahasa Inggeris di Kota Bitung. Selang kursus berjalan, ada lowongan kerja di PT. Union Pacific Foods, anak perusahaan dari Group Astra Internasional yang bergerak di Pengalengan Ikan. Diterima dengan posisi sebagai Acounting and Finance Manager, merupakan pengalaman Manager pertama selama dalam perjalanan karir saya pada waktu itu.
Seringnya mengikuti meeting di Jakarta dan juga dalam rangka mengurus kredit modal kerja di Bank Dagang Negara, telah mengantarkan saya kembali bertemu dengan teman kuliah di UNKLAB. Pertemuan dengan Jimy Rompas yang juga pernah sama-sama bekerja di Total Indonesie telah membawa kepada perkenalan pada perusahaan Pager yang lagi booming waktu itu. Akhirnya meninggalkan PT. Union Pacific Foods, bergabung dengan EasyCall, perusahaan Penyedia jasa layanan Pager yang beroperasi di 7 kota di Indonesia, Jakarta, Bali, Suraya, Bandung, Palembang, Medan dan Batam. Diterima di EasyCall dengan posisi sebagai Billing & Collection Manager, kemudian di pindahkan lagi ke Marketing Manager.
Munculnya SkyTel sebagai pesaing dari EasyCal telah meramaikan bisnis pager di Indonesia. Karena waktu itu Skytel mengalami persoalan di Billig & Collection, akhirnya saya ditawarkan untuk mengatasi Biling & Collection di Skytel.  Bisinis telekomunikasi berkembang begitu cepat, dengan munculnya penyedia jasa Telepon Sellular. Setelah setahun bekerja di Skytel, saya mendapat tawaran dari Mobisel, penyedia jasa Telepon Sellular dengan menggunakan sistem CDMA. Di Mobisel, kemudian mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Extension School of Business, dari American World University di IOWA State, maka saya melanjutkan pendidikan disitu sampai mendapat gelar Ph.D.
Dengan diperolehnya gelar Ph.D, panggilan hati nurani untuk mengembangkan SDM telah muncul. Setelah mendirikan Yayaan Tri Ganesha Nusantara, betsama Prof. Dr. Daniel Kambey. MA dan Prof. Dr. Ellen Kambey, MA,  yang kebetulan sewaktu saya kuliah di UNKLAB, mereka telah banyak membantu dengan menunjuk menjadi corrector pada mata kuliah yang mereka ajarkan. Kami bekerja sama dengan West Coast Institute of Management and Technology (WCIMT) di Perth, Australia, maka kami membuka Offshore campus di Manado dan menyelenggarakan program Master di bidang Management.
Ketika Pak Milton Kansil mencalonkan menjadi Walikota di Kota Bitung, maka saya diminta untuk menjadi tim sukses beliau. Dari situ saya mulai mengenal dunia politik, dan setelah beliau dilantik menjadi Walikota, saya diangkat menjadi Tenaga Ahli Walikota yang membidangi Keuangan, Politik dan Mangement. Selain itu, saya juga dipercaya menjadi Direktur Utama Perusahaan Air Minum di Bitung, dan berhasil membuat perubahan besar di Perusahaan Air Minum tersebut, termasuk melakukan pembenahan secara besar-besaran pada pada pengelolaan  keuangan perusahaan. Selama bekerja Sebagai Tenaga Ahli Walikota Bitung, karena Pak Milton sempat di Impeach oleh DPRD Kota Bitung, maka saya berangkat ke Jakarta membantu memperjuangkan Pak Milton agar tidak keluar Pemberhentian dari Presiden, dimana pada waktu itu Presiden adalah Bapak Abdul Rahman Wahid atau Gus Dur, sedangkan Wakil Presiden adalah Ibu Megawati. Berhasil memperjuangkan Pak Milton tidak jadi di berhentikan, kemudian Oleh Ibu Mega, saya angkat menjadi Staff Khusus di DPP PDI Perjuangan, dengan tugas menangani kasus pilkada untuk Bupati/Walikota dan Gubernur di seluruh Indonesia pada waktu itu, dibawah pengawasan Ibu Agnita Singadikane selaku Wkl Sekjen dan Pak Theo Syafei Wkl Ketua DPP PDI Perjuangan pada waktu itu.
Dari Bitung pada bulan Oktober 2006, saya berangkat ke Jayapura, dan berkenalan dengan Bupati Kabupaten Mappi yang baru saja terpilih. Kami bertemu di rumah Kapolda Papua, waktu itu Irjen Tomy Yacobus, kebetulan juga adalah putra dari Nusa Utara, dan kebetulan kami berasal dari satu Pulau, yaitu pulau Siau. Atas rekomendasi Pak Kapolda, saya diterima menjadi Staff Khusus Bupati Mappi. Selama bekerja dengan Bupati Mappi, sempat berkenalan dengan Ibu Susi Pujiastuti Menteri Perikanan sekarang. Waktu itu, kebetulan pemda Mappi mencarter Pesawat Susi Air untuk melayani penerbangan Merauke – Mappi, karena pesawat ke Mappi sangat kurang. Kami adalah pencarter SUSY AIR pertama kali di Papua. Waktu itu Pesawar Susy Air baru 2 armada. Sekarang sudah 48 armada.
Setahun saya bekerja dengan Bupati Mappi, mendapat telpon dari Yan Mandari yang waktu itu sedang berada di Beijing. Berawal dari Telpon tersebut, telah mengantar saya bisa sampai ke Beijing, bekerja untuk Asia International Finance limited, sebagai perusahan Asset Management yang berkedudukan di Beijing, diterima sebagai Financial Analist di perusahaan tersebut.
Keperdulian terhadap kesulitan yang melilit masyarakat Papua, khususnya mereka yang mendiami wilayah terpencil di Pegunungan Papua telah mendorong saya untuk menuntun masyarakat di Papua untuk mengenal dunia usaha. Bekerja sama dengan masyarakat pemilik ulayat, kami mendirikan PT. Papua Jaya Mineral dimana saya sebagai Direktur Utama dan PT. Paniai Mineral Papua,  juga sebagai Direktur Utama.  Kami dirikan perusahaan tersebut untuk mengelola potensi alam di Papua. Dengan bekerja sama dengan beberapa pengusaha dari China, kami telah mengelola tambang dengan pola bagi hasil.
   Pada saat Pak Olly Dondokambey dan Pak Steven Kandow mencalonkan diri untuk Gubernur dan Wakil Guber Sulut, kami bertemu di Hotel Mandarin. Pada waktu itu saya bertemu juga dengan Pak Sompi Singal dan Dr. Pegy Michel yang maju jadi Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Minut, dan juga sempat bertemu dengan sahabat lama saya dari Bitung, Pak Moktar Parapaga, Pak Max Lomban dan Pak Mourits Mantiri yang maju jadi Calon Walikota dan Calon Wkl Walikota Bitung. Dari pertemuan itulah maka saya mengambil keputusan untuk kembali ke Manado untuk menjadi Tim Sukses Pak Olly dan Pak Steven untuk Gub Sulut, Pak Lomban dan Pak Mourits untuk Walikota Bitung dan Pak Sompi Singal dan Ibu Pegy untuk Bupati Minut.
Dari kerja keras seluruh tim, akhirnya Pak Olly dan Pak Steven terpilih jadi Gubernur Sulut, Pak Lomban dan Pak Maurints Mantiri, terpilih menjadi Walikota dan Wks Walikota Bitung.
Itulah berkat Tuhan yang telah Tuhan limpahkan bagi saya selama menjalani kehidupan ini, walaupun tadinya sempat putus harapan karena ditinggal pergi oleh Ayan dan Ibu saya.

HANYA BAGI TUHANLAH MORMAT DAN PUJIAN ITU DIBERIKAN KARENA HANYA DIALAH YANG PATUT DISEMBAH, DIPUJI DAN DIPUJA

SEKIAN SEKILAS PERJALANAN HIDUP SAYA SEPENINGGAL KEDUA
ORANG TUA SAYA

OLEH

HELFRIED LOMBO

KONTAK SAYA

Phone : +6282296103703

1 komentar:

  1. Duh... Saya sampe menangis saat membaca tulisan bapak. Kisah bpk sangat menginspirasi bagi saya seorang mahasiswa. Dari kisah bpk saya jdi belajar arti dari berserah kepada Tuhan seutuhnya, Tuhan dan orang tua dari bpk pasti sngat bangga pada bapak. Bukan suatu kebetulan sya menemukan blog ini. Terima kasih sdh membagikan kisahnya pak... Tuhan memberkati...

    BalasHapus