PENGALAMAN
PAHIT YANG KEDUA DALAM HIDUP SAYA
Pada waktu itu sedang
berlangsung ujian akhir semester, saya waktu itu baru masuk semester I di
Unklab, pada tahun 1978 tiba-tiba saya dapat panggilan dari kantor Regitrar.
Sampai di Registrar, mereka menyerahkan sebuah telegram untuk saya, dari Kantor Telegram di Siau. Suasana waktu menerima Telegram dari siau waktu
setelah tamat dari SMA Neg III Manado, kembali terbayang. Tangan saya gemetar
memegang Telegram tersebut. Firasat hati sudah merasakan hal yang tidak enak.
Betapa kagetnya saya, karena ketika saya membuka Telegram tersebut, ternyata
isinya adalah berita duka. Mata saya seperti berkunang-kunang. Sepertinya tak
kuat saya meneruskan membaca telegram tersebut. Begitu nampak dengan jelas di
mata saya, nama Ibu saya tertulis begitu jelas. “Telah meninggal dunia di
Kinali, Siau Barat, Sangir Talaud, Ibu Ansilina Adilang”. Hati saya hancur,
karena harapan saya satu-satunya yang bisa menjadi penguat semangatku, kini
telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Oh Tuhaaaaan. Cobaan apa lagi yang terjadi
pada saya. Ayah telah tiada, kini Ibu juga telah pergi untuk selama-lamanya.
Rasanya tak sanggup saya menyelesaikan ujian semester
tersebut. Namun saya berdoa kepada Tuhan untuk minta kekuatan. Pikiranku jadi
kalut. Apakah saya harus pergi melihat Ibu, dan meninggalkan ujian. Mr dan Mrs
Goods yang waktu itu adalah dosen di Unklab, mengajak saya ke rumah mereka di
Section two, tempat para dosen bule-bule di Unklab. Mereka menghibur saya
sambil memberikan penguatan dan pemikiran yang sangat logis. Mereka meminta
saya untuk tinggal menyelesaikan ujian, baru pergi ke Siau. Dalam pandangan
mereka, kalau saya pulang, Ibu juga sudah dikubur. Dari pada harus kehilangan 1 semester, lebih baik ikuti ujia sampai selesai, baru pulang. Karena waktu itu belum ada
system pengawetan mayat seperti sekarang. Sedangkan telegram juga saya terima
sudah terlambat satu hari.
Setelah melalu perenungan yang panjang, sayapun memilih
untuk menyelesaikan ujian. Karena sama saja, kalau saya pulang paling tinggal
lihat kuburan ibu. Saya tinggal sampai ujian selesai, dengan suasana batin yang
kacau balau dan kecewa. Namun kembali saya berdoa untuk minta kekuatan dan
penghiburan dari Tuhan. Sulit sekali waktu itu saya belajar. Karena pikiran
saya selalu tertuju pada Ibu saya. Buku saya penuh dengan tetesan air mata.
Teringat pada Ibu dan membayangkan nasib saya. Hasrat untuk ingin membahagiaka
Ibu tidak tercapai. Dan itulah yang saya alami, tidak pernah bisa membahagiakan ataupun membuat hati kedua orang
tuaku bangga atas apa yang saya capai.
Ingin rasanya membahagiakan mereka, tapi itu sudah tidak
mungkin saya lakukan. Disetiap keberhasilan yang saya peroleh, selalu saya
teringat pada kedua orang tua saya. Coba kalau Ayah dan Ibu masih hidup, tentu
betapa bangganya mereka atas apa yang saya capai.
Selesai ujian semester, saya langsung pulang ke Siau.
Setibanya di Siau, seluruh keluarga menjemput saya dengan tangisan dan air
mata. Kembali mereka menangisi nasib saya dengan duka yang begitu dalam. Mereka
tidak kuat melihat penderitaan saya. Dalam usia yang masih mudah, sudah harus
berjuang seorang diri, mengarungi lautan kehidupan yang tak tau kemana arah dan
tujuannya. Saya pergi menangis di kuburan Ayah dan Ibu. Kuelus-elus batu nisan
mereka. Papa, Mama, ngoni dua so enak, mar kasiang kita harus menjalani hidup
ini tampa Papa dan Mama. Oh Tuhaan, berilah aku kekuatan, menerima semua ini.
Aku tau bahwa Papa dan Mama sudah tiada, namun saya juga tau ada Engkau Tuhan
Yang hidup. Aku percaya Engkau Allah Yang Hidup yang tau apa yang baik untukku.
Lindungilah aku, sertailah aku dalam mengarungi lautan kehidupan yang luas ini.
Hanya satu minggu saya berada di Siau, dan langsung
kembali ke Manado, Karena saya harus meneruskan kuliah saya. Saya harus bekerja,
untuk menunjang kuliah saya. Pulang ke Menado dengan tanpa membawa bekal uang.
Uang yang ada hanya cukup untuk membiayai perjalanan saya sampai ke Kampus.
Setelah
itu saya terpaksa berjuang sendiri dalam segala kepahitan dan kesulitan hidup
yang saya alami, harus melanjutkan kuliah dengan status student labour (kuliah
sambil bekerja di kampus). Harus membagi waktu untuk kuliah, bekerja dan
belajar, semuanya harus dijalani. Karena perekonomian di Siau lagi sulit,
sehingga tidak pernah menerima bantuan dari saudara di Kampung, sehingga
semuanya saya harus tanggulagi. Karena bantuan dari Student Missionary, tidak
belanjut hingga saya selesai kuliah. Begitu mereka balik ke Amerika, bantuan
itu terhenti. Saya Harus pergi berjualan buku, dan kembali bekerja lagi di
Kampus untuk bisa membiayai kuliah saya.
Berkat
prestasi akademis yang baik, akhirnya beberapa dosen memberikan kepercayaan
dengan menunjuk saya menjadi Corrector ujian untuk semua mata pelajaran mereka.
Dengan demikian pekerjaan saya mulai ringan, kemudian diberi kesempatan
mengajar di SD dan SMP Laboratorium di Universitas Klabat. Beban kerja saya menjadi semakin ringan, yang tadinya
harus bekerja di lapangan, dengan menahan panas terik matahari selama sekian
tahun.
Lahir
dari keluarga petani dan nelayan, Ayah adalah seorang pelayan Gereja Protestan
yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dengan menjadi
Pinolong atau Ketua Jemaat Gereja Protestan di Kampung Kinali Siau Barat Utara,
Kabupaten Kepulauan Sitaro, sehingga banyak menanamkan prinsip-prinsip hidup
yang baik. Saya diajar untuk menjadi anak yang takut akan Tuhan, hidup jujur,
rendah hati, tulus dan setia, semangat dan pantang menyerah. Prinsip inilah yang
menjadi bekal hidup saya selama saya menjalani kehidupan ini.
Tergoda oleh teman kuliah di UNKLAB pada merantau ke
Balikpapan, akhirnya saya berangkat menuju
ke Balikpapan. Di Balikpapan, bergabung di Total Indonesie, perusahaan asing
milik Pemerintah Perancis, semacam Pertaminanya Indonesia. Berkat pengalaman di KUD Tombulu,
Tomohon, dan Kuliah di UNKLAB dengan Major Accounting, akhirnya dipercaya untuk
membantu di Koperasi Palapa, Koperasi Karyawan Total Indonesie. Dengan
pengetahuan Komputer yang baru diperoleh dari Universitas Lambung Mangkurat,
akhirnya berhasil menyusun program untuk sistem Accounting, control piutang,
sehingga mempermudah melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk segala kegiatan di Koperasi Palapa pada waktu
itu.
Begitu
mendapat kesempatan saya mengambil lagi kuliah Manajemen di Universitas Tridharma
Balikpapan.
Berpikir
untuk keluar dari Total Indonesie, dan berkeinginan mengadu nasib di Jakarta,
namun ragu kalau hanys mengandalkan ilmu dari UNKLAB DAN UNIV TRIDHARMA. Pada waktu itu terpikir untuk
melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Karena ada teman Senior di UNKLAB,
yang juga bekerja di Total Indonesia, namun berhenti dan berangkat melanjutkan
pendidikannya di Amerika, maka saya memutuskan keluar dari Total Indonesie,
mengikuti jejak dari Youke Longkotoy ke Amerika.
Setelah
tinggal di Amerika, bekerja di beberapa perusahaan di sana, sambil menamba
pendikikan saya di San Bernardino Valley College di Kota San Bernardino. Setelah 3 (tiga) tahun di Amerika, teringat tanggung jawab kepada anak-anak di
Indonesia yang sudah harus mulai masuk sekolah, ditambah dengan keinginan untuk
berkarir di Jakarta, maka saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Karena
keluarga tinggal di Manado, maka saya kembali ke Manado, dan dengan segera
mengambil langkah untuk menghidupkan keluarga. Langkah pertama adalah membuka
Kursus Bahasa Inggeris di Kota Bitung. Selang kursus berjalan, ada lowongan
kerja di PT. Union Pacific Foods, anak perusahaan dari Group Astra
Internasional yang bergerak di Pengalengan Ikan. Diterima dengan posisi sebagai
Acounting and Finance Manager, merupakan pengalaman Manager pertama selama
dalam perjalanan karir saya pada waktu itu.
Seringnya
mengikuti meeting di Jakarta dan juga dalam rangka mengurus kredit modal kerja
di Bank Dagang Negara, telah mengantarkan saya kembali bertemu dengan teman
kuliah di UNKLAB. Pertemuan dengan Jimy Rompas yang juga pernah sama-sama
bekerja di Total Indonesie telah membawa kepada perkenalan pada perusahaan
Pager yang lagi booming waktu itu. Akhirnya meninggalkan PT. Union Pacific
Foods, bergabung dengan EasyCall, perusahaan Penyedia jasa layanan Pager yang
beroperasi di 7 kota di Indonesia, Jakarta, Bali, Suraya, Bandung, Palembang,
Medan dan Batam. Diterima di EasyCall dengan posisi sebagai Billing &
Collection Manager, kemudian di pindahkan lagi ke Marketing Manager.
Munculnya
SkyTel sebagai pesaing dari EasyCal telah meramaikan bisnis pager di Indonesia.
Karena waktu itu Skytel mengalami persoalan di Billig & Collection,
akhirnya saya ditawarkan untuk mengatasi Biling & Collection di Skytel. Bisinis telekomunikasi berkembang begitu
cepat, dengan munculnya penyedia jasa Telepon Sellular. Setelah setahun bekerja
di Skytel, saya mendapat tawaran dari Mobisel, penyedia jasa Telepon Sellular
dengan menggunakan sistem CDMA. Di Mobisel, kemudian mendapat kesempatan
melanjutkan pendidikan di Extension School of Business, dari American World
University di IOWA State, maka saya melanjutkan pendidikan disitu sampai
mendapat gelar Ph.D.
Dengan
diperolehnya gelar Ph.D, panggilan hati nurani untuk mengembangkan SDM telah
muncul. Setelah mendirikan Yayaan Tri Ganesha Nusantara, betsama Prof. Dr.
Daniel Kambey. MA dan Prof. Dr. Ellen Kambey, MA, yang kebetulan sewaktu saya kuliah di UNKLAB,
mereka telah banyak membantu dengan menunjuk menjadi corrector pada mata kuliah
yang mereka ajarkan. Kami bekerja sama dengan West Coast Institute of
Management and Technology (WCIMT) di Perth, Australia, maka kami membuka
Offshore campus di Manado dan menyelenggarakan program Master di bidang
Management.
Ketika
Pak Milton Kansil mencalonkan menjadi Walikota di Kota Bitung, maka saya
diminta untuk menjadi tim sukses beliau. Dari situ saya mulai mengenal dunia
politik, dan setelah beliau dilantik menjadi Walikota, saya diangkat menjadi
Tenaga Ahli Walikota yang membidangi Keuangan, Politik dan Mangement. Selain
itu, saya juga dipercaya menjadi Direktur Utama Perusahaan Air Minum di Bitung,
dan berhasil membuat perubahan besar di Perusahaan Air Minum tersebut, termasuk
melakukan pembenahan secara besar-besaran pada pada pengelolaan keuangan perusahaan.
Selama bekerja Sebagai Tenaga Ahli Walikota Bitung, karena Pak Milton sempat di
Impeach oleh DPRD Kota Bitung, maka saya berangkat ke Jakarta membantu
memperjuangkan Pak Milton agar tidak keluar Pemberhentian dari Presiden, dimana
pada waktu itu Presiden adalah Bapak Abdul Rahman Wahid atau Gus Dur, sedangkan
Wakil Presiden adalah Ibu Megawati. Berhasil memperjuangkan Pak Milton tidak
jadi di berhentikan, kemudian Oleh Ibu Mega, saya angkat menjadi Staff Khusus
di DPP PDI Perjuangan, dengan tugas menangani kasus pilkada untuk Bupati/Walikota dan Gubernur di seluruh Indonesia pada waktu itu, dibawah
pengawasan Ibu Agnita Singadikane selaku Wkl Sekjen dan Pak Theo Syafei Wkl
Ketua DPP PDI Perjuangan pada waktu itu.
Dari
Bitung pada bulan Oktober 2006, saya berangkat ke Jayapura, dan berkenalan
dengan Bupati Kabupaten Mappi yang baru saja terpilih. Kami bertemu di rumah
Kapolda Papua, waktu itu Irjen Tomy Yacobus, kebetulan juga adalah putra dari
Nusa Utara, dan kebetulan kami berasal dari satu Pulau, yaitu pulau Siau. Atas
rekomendasi Pak Kapolda, saya diterima menjadi Staff Khusus Bupati Mappi.
Selama bekerja dengan Bupati Mappi, sempat berkenalan dengan Ibu Susi
Pujiastuti Menteri Perikanan sekarang. Waktu itu, kebetulan pemda Mappi
mencarter Pesawat Susi Air untuk melayani penerbangan Merauke – Mappi, karena
pesawat ke Mappi sangat kurang. Kami adalah pencarter SUSY AIR pertama kali di Papua. Waktu itu Pesawar Susy Air baru 2 armada. Sekarang sudah 48 armada.
Setahun
saya bekerja dengan Bupati Mappi, mendapat telpon dari Yan Mandari yang waktu
itu sedang berada di Beijing. Berawal dari Telpon tersebut, telah mengantar saya
bisa sampai ke Beijing, bekerja untuk Asia International Finance limited,
sebagai perusahan Asset Management yang berkedudukan di Beijing, diterima
sebagai Financial Analist di perusahaan tersebut.
Keperdulian
terhadap kesulitan yang melilit masyarakat Papua, khususnya mereka yang
mendiami wilayah terpencil di Pegunungan Papua telah mendorong saya untuk
menuntun masyarakat di Papua untuk mengenal dunia usaha. Bekerja sama dengan
masyarakat pemilik ulayat, kami mendirikan PT. Papua Jaya Mineral dimana saya
sebagai Direktur Utama dan PT. Paniai Mineral Papua, juga sebagai Direktur Utama. Kami dirikan
perusahaan tersebut untuk mengelola potensi alam di Papua. Dengan bekerja sama
dengan beberapa pengusaha dari China, kami telah mengelola tambang dengan pola
bagi hasil.
Pada saat Pak Olly Dondokambey dan Pak Steven
Kandow mencalonkan diri untuk Gubernur dan Wakil Guber Sulut, kami bertemu di
Hotel Mandarin. Pada waktu itu saya bertemu juga dengan Pak Sompi Singal dan
Dr. Pegy Michel yang maju jadi Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Minut, dan
juga sempat bertemu dengan sahabat lama saya dari Bitung, Pak Moktar Parapaga,
Pak Max Lomban dan Pak Mourits Mantiri yang maju jadi Calon Walikota dan Calon
Wkl Walikota Bitung. Dari pertemuan itulah maka saya mengambil keputusan untuk
kembali ke Manado untuk menjadi Tim Sukses Pak Olly dan Pak Steven untuk Gub
Sulut, Pak Lomban dan Pak Mourits untuk Walikota Bitung dan Pak Sompi Singal
dan Ibu Pegy untuk Bupati Minut.
Dari
kerja keras seluruh tim, akhirnya Pak Olly dan Pak Steven terpilih jadi
Gubernur Sulut, Pak Lomban dan Pak Maurints Mantiri, terpilih menjadi Walikota
dan Wks Walikota Bitung.
Itulah
berkat Tuhan yang telah Tuhan limpahkan bagi saya selama menjalani kehidupan
ini, walaupun tadinya sempat putus harapan karena ditinggal pergi oleh Ayan dan
Ibu saya.
HANYA BAGI TUHANLAH MORMAT DAN PUJIAN ITU DIBERIKAN
KARENA HANYA DIALAH YANG PATUT DISEMBAH, DIPUJI DAN DIPUJA
SEKIAN SEKILAS PERJALANAN HIDUP SAYA SEPENINGGAL
KEDUA
ORANG TUA SAYA
OLEH
HELFRIED
LOMBO
KONTAK SAYA
Email : lombohelfried@gmail.com
Phone : +6282296103703
Duh... Saya sampe menangis saat membaca tulisan bapak. Kisah bpk sangat menginspirasi bagi saya seorang mahasiswa. Dari kisah bpk saya jdi belajar arti dari berserah kepada Tuhan seutuhnya, Tuhan dan orang tua dari bpk pasti sngat bangga pada bapak. Bukan suatu kebetulan sya menemukan blog ini. Terima kasih sdh membagikan kisahnya pak... Tuhan memberkati...
BalasHapus