MALU
Malu adalah kata
sifat atau adjective
yang mengandung arti sbb : 1 merasa
sangat tidak enak hati (hina, rendah, dsb) karena berbuat sesuatu yang kurang
baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan,
dsb): contoh : ia malu krn kedapatan sedang mencuri uang; aku malu menemui
tamu karena belum mandi; 2 segan melakukan sesuatu karena ada rasa
hormat, agak takut, dsb: contoh : murid yagn merasa bersalah itu malu
menemui gurunya; tidak usah malu untuk menanyakan masalah itu kpd
ulama; 3 kurang senang (rendah, hina, dsb): contoh : ia berasa malu
berada di tengah-tengah orang penting itu. Sumber : http://www.artikata.com/arti-339564-malu.html
Kebiasaan
malu berhadapan dengan orang lain, malu tampil didepan umum, malu menyampaikan
pendapat adalah kebiasaan yang merugikan diri sendiri, dan sangat menghambat
perkembangan individu untuk bisa menjadi pribadi yang hebat, sukses dan
bahagia.
Lingkungan,
biasanya mempunyai andil sangat besar dalam menanamkan kebiasaan buruk ini pada anak sejak kecil. Ada beberapa
kondisi yang bisa menjadi penyebab seseorang menjadi pemalu ; 1. Suka
mempermalukan anak ketika membuat kesalahan atau hal-hal yang dianggap aneh. 2.
Anak sering dikurung dalam rumah, tidak diperkenankan bergaul atau tidak
diajarkan bersosialisasi. 3.Kurang percaya diri pada anak, karena merasa ada
kekurangan dalam diri. 4.Tekanan sosial yang menciptakan kelas atau perbedaan
derajat. 5. Penilaian yang dibuat oleh diri sendiri, yang belum tentu
kebenarannya. Untuk itu saya akan coba
bahas satu persatu penyebab kebiasan buruk tersebut sbb :
1.
Suka
mempermalukan anak ketika membuat kesalahan atau hal-hal yang dianggap aneh. Mempermalukan
anak ketika membuat kesalahan dengan harapan anak akan tidak mengulangi
kesalahan tersebut, secara tujuan baik. Namun efeknya terhadap kejiwaan anak
adalah tidak baik.
Yang
benar adalah kita memberikan pengertian kepada anak bahwa tindakan yang dia
lakukan tersebut tidak baik karena akan menyakiti orang lain, atau merugikan
orang lain. Dan meminta anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang demikian.
Bila perlu kita harus besarkan hati anak dengan menyadarkan bahwa semua manusia
bisa membuat kesalahan. Selama kesalahan itu tidak disengaja, bisa dimaafkan,
dan itu menjadi momentum untuk belajar. Proses belajar yang baik adalah belajar
sambil melakukan atau learning by doing. Kesalahan janganlah dijadikan moment
untuk anak menjadi takut, kapok, yang akhirnya hanya akan mengerdilkan perasaan
anak, yang pada akhirnya akan menjadikan anak tidak percaya diri, atau
menyimpan rasa bersalah. Semua pemikiran yang demikian haruslah dijauhkan dari
anak.
Kesalahan
adalah suatu akibat dari kita beraktivitas. Tidak usah dijadikan momok, atau
bahan olokan bagi anak. Kesalahan haruslah dijadikan momentum untuk belajar lebih
memahami suatu situasi atau keadaan, cara atau proses, serta menimbulkan
kehati-hatian dalam melaksanakan sesuatu, dan mendorong keingin tahuan atas
sesuatu.
Hal
yang patut untuk diingat dan dipahami adalah, kebiasaan malu adalah kebiasaan
yang tidak perlu kita harus tanamkan kedalam benak atau hati sanubari kita.
Karena kalau sampai mengendap kedalam alam bawa sadar (sub-conscious), maka
akan mejadi sifat atau watak anak. Dan yang harus kita sadari bahwa kebiasaan
tersebut akan menghambat kemajuan seseorang, karena membuat seseorang tidak berani
tampil di depan umum, tidak berani berhadapan dengan orang lain, dan tidak
berani menyampaikan pendapat. Kalau samapai hal ini tidak diatasi, maka sulit
bagi anak tersebut untuk bisa maju dan berkembang.
Untuk
bisa menjadi orang hebat, sukses dan bahagia, salah satunya adalah kita harus
menjadi orang yang percaya diri, memiliki keyakinan yang kuat pada diri
sendiri. Rasa percaya diri inilah yang akan mendorong seseorang menjadi berani
dan mengalahkan atau bahkan menghapus rasa malu yang muncul dalam hati
seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar