BERBOHONG
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, Berbohong adalah kata kerja (verb) yang berarti; menyatakan sesuatu yg tidak benar; berbuat
bohong; berdusta: jangan coba-coba --, nanti pasti ketahuan.
Alasan
mengapa seseorang berbohong adalah ; 1. Takut menerima ejekan, atau kemarahan
orang lain, atau atau sangsi sosial, karena telah melakukan sesuatu kesalahan,
atau melanggar norma atau aturan yang ada. 2. Malu atas kekurangan diri, sahabat,
keluarga, atau orang dalam lingkungan, baik fisik maupun suatu kebiasaan buruk.
1.
Takut
menerima ejekan, atau kemarahan orang lain, atau atau sangsi sosial, karena
telah melakukan sesuatu kesalahan, atau melanggar norma atau aturan yang ada. Ini
adalah suatu kebiasaan buruk yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk yang lain.
Awalnya adalah takut, lalu diikuti dengan berbohong. Jadi kita bisa melihat,
kalau suatu kebiasaan buruk yang satu tidak kita selesaikan, atau atasi, hanya
akan membawa kepada situasi yang lebih buruk lagi, dimana seseorang akan
melakukan tindakan atau kebiasaan buruk yang lain.
Kehidupannya
akan terperangkap atau terlilit dalam lingkup kebiasaan buruk, sehingga akan
sulit untuk maju, karena integritas dirinya kan hancur. Disitulah akibat buruk
membiarkan kebiasaan buruk berkembang dalam diri, dan tanpa ada kesadaran bahwa
hal itu akan menggiring kehidupan kita kepada situasi yang tidak baik, tidak
menguntungkan, dan pada akhirnya merusak reputasi diri sendiri.
Kalau
kita sadar bahwa melakukan hal yang tidak baik akan memancing kemarahan orang
lain, atau masyarakat, seyogianya kita janganlah melakukan hal tersebut,
apalagi kalau itu kita niati dalam hati kita. Sesuatu yang sudah kita niati dan
rencanakan dalam hati, berarti kita lakukan kesalahan tersebut secara sadar.
Perbuatan demikian memiliki kadar kesalahannya lebih tinggi, karena sudah ada
niat dan rencana serta melakukannya dengan sadar. Lain hal kalau kesalahan yang
dilakukan karena terdesak, atau tidak sengaja. Walaupun secara akibat tetap
merugikan atau mencelakakan orang lain, namun tidak ada niat, dan tidak
direncanakan, serta dilakukan tidak dengan sengaja.
Solusi
terbaik atas masalah kebohongan yang didorong oleh rasa takut karena telah
melakukan kesalahan, atau melanggar norma atau aturan, maka yang perlu kita
lakukan adalah; 1. Kita menyadari bahwa
kita telah melakukan kesalahan, dan menyesali perbuatan itu. 2. Kita mengakui
perbuatan kita dan berjanji untuk tidak akan mengulangi hal tersebut. Paling
tidak, kita lakukan pengakuan di hadapan Tuhan, minta pengampunan atas dosa
atau kesalahan yang telah kita perbuat, dan berjanji pada diri sendiri untuk
tidak mengulangi lagi perbuatan itu. Maka Tuhan Yang Maha Kuasa dan Pengasih,
akan mengampuni kesalahan kita.
Dengan
menyadari, mengakui dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut,
selama kita lakukan dengan tulus, jujur dan benar, maka kita akan mendapatkan
pengampunan atau maaf dari orang yang pernah jadi korban perbuatan kita
tersebut. Rasa damai di hati akan kita peroleh, perkembangan mental akan
mengarah ke perkembangan yang positif. Inilah awal yang baik. Awal kebangkitan
dari suatu kejatuhan. Semua orang pasti mengalami kegagalan, kejatuhan dalam
hidup ini. Yang penting, kita selalu ada niat untuk memperbaiki, lalu menjalani
kehidupan lebih baik. Dengan demikian maka kita akan bisa bangkit dan maju.
Itulah semangat pantang menyerah yang akan mendorong kita mencapai
keberhasilan, kesuksesan pada suatu saat nanti. Yang dituntut dari manusia
adalah berusaha, namun Tuhanlah yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan
itu.
John
dan Dony, lahir sebagai anak kembar. Manun si John terlahir lebih dahulu dari
si Dony. Secara waktu, John tetap dinyatakan anak yang lebih tua, walaupun
mereka lahir pada hari yang sama. Orang tua John dan Dony hidup dalam budaya
dimana anak yang tua harus meneruskan kekuasaan sebagai kepala suku kalau suatu
saat Ayah mereka meninggal. Namun untuk bisa menjabat sebagai Kepala suku yang
baru, harus mendapat restu secara tertulis terlebih dahulu dari seorang Ayah.
Restu yang pernah diberikan, bersifat final dan mengikat, oleh karena itu tidak
dapat dicabut atau dibatalkan lagi. Demikianlah tradisi di daerah terpencil
tersebut.
John
adalah anak kesangan Ayahnya, lahir lebih dulu, walaupun dia lahir kembar
dengan Dony. Sementara Dony adalah anak kesayangan Ibunya. Pada suatu waktu,
Ayah John dan Dony karena sudah tua, akhirnya menderita Glaukoma, sehingga
matanya semakin rabun, dan bahkan sudah tidak bisa mengenal orang yang di
dekatnya.
Isterinya
karena begitu sayang kepada Dony, ketika John sedang tidak ada di rumah karena
pergi ke kebun, Isterinya membujuk suaminya untuk memberikan restu kepada
anaknya. Isterinya telah membuat sendiri Surat Restu tersebut, dan menulis nama
Dony sebagai pengganti Ayahnya menjadi kepala suku di perkampungan tersebut.
Dengan bujuk rayu dari Isteri, tanpa dia sadar, bahwa Isterinya telah menipu
dia, karena nama yang ditulis sebagai penerus Kepala Suku adalah Dony, bukannya
si John anak kesayangan Ayahnya tersebut.
Suatu
saat, si John menyadari bahwa kondisi Ayahnya sudah semakin tua, dan juga sudah
tidak bisa melihat lagi, maka John bertanya kepada Ayahnya, kapan dia menerima
Surat Restu dari Ayahnya untuk menjadi Kepala Suku, menggantikan Ayahnya.
Ayahnya menjawab, bukankah sudah lama Ayah tanda tangani Surat Restu tersebut,
dan sekarang surat tersebut ada di tangan Ibumu.
Mendengar
penjelasan Ayahnya, John pergi bertanya kepada Ibunya tentang Surat Restu dari
Ayahnya tersebut. Ibunya bingung harus mejawab apa, dan juga takut menunjukan
surat tersebut, karena dalam surat tersebut bukan nama John sebagai pengganti
Ayahnya, tetapi si Dony. Ibunya katakan Ibu masih sibuk, nanti besok saja Ibu
akan kasih tunjuk ke kamu.
Malamnya,
Ibunya telah membuat rencana jahat. Dia telah berencana untuk meracuni si John,
karena dia tidak mau kalau John nanti memarahi si Dony kalau dia tau bahwa yang
mendapat restu adalah si Dony. Sore itu, Ibunya menyuruh si Dony untuk pergi ke
rumah Pamannya yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Sehingga si Dony
harus menginap di rumah Pamannya malam itu. Malamnya, ketika si John meminta
makan, Ibunya sudah mencapur racun di makanan si John, dan malam itu juga John
mengalam nasib yang naas. Dia meninggal karena keracunan makanan yang secara
sengaja disajikan oleh Ibunya, demi memuluskan niat jahatnya yaitu merebut hak
kesulungan, dan jabatan Kepala Suku dari si John.
Niat
jahat yang telah merasuki pikiran Ibunya si John, telah membawa dia berbuat
jahat. Dari satu kejahatan, berlanjut kepada kejahatan yang lain. Dari menipu,
berbohong lalu berlanjut kepada membunuh anaknya sendiri. Itulah buah
kecurangan dan keserakahan, telah menghasilkan, kebohongan, penipuan dan bahkan
lebih sadis lagi demi menutupi aibnya, dan takut jangan nanti si John memarahi
adiknya atau memberontak, maka terpaksa Ibunya membunuh anak kandungnya
sendiri.
Pelajaran
penting yang kita ambil adalah, janganlah kita membiarkan satupun kebiasaan
buruk berkembang dan mendiami lubuk hati kita, karena hanya akan melahirkan kebiasaan
buruk yang lain, dan bahkan tanpa kita sadari, mental kita akan semakin menjadi
jahat.
2. Malu atas kekurangan diri, atau
kekurangan sahabat, atau kekurangan keluarga, atau kekurangan orang dalam satu lingkungan,
karena kekurangan fisik atau karena memiliki kebiasaan buruk. Melakukan
kebiasaan berbohong karena menutupi rasa malu, sama saja dengan melakukanan
kebiasaan berbohong karena didorong oleh rasa takut. Pola perkembangannya sama saja. Karena suatu
kebiasaan yang lain tidak di atasi, akhirnya, berkembang kepada kebiasaan yang
lain. Itulah yang menjadi masalah yang sering tidak disadari oleh kita.
Kekurangan
diri, untuk apa harus kita tutupi dan harus malu menerimanya. Tidak ada manusia
yang bisa melawan kodrat. Dan tidak ada manusia yang mau lahir tidak sempurna.
Namun ada hal yang kita tidak mampu pahami di alam semesta ini. Hanya Tuhanlah
yang mengetahui semua itu, karena Dialah yang menciptakan kita, dan Diahlah
yang mengetahui untuk apa kita dilahirkan ke dunia ini. Apa yang kita anggap baik
atau tidak baik, belum tentu sama dengan pandangan dan rencana Tuhan. Oleh
karena itu, sebagai orang yang percaya bahwa alam semesta ini ada yang
menciptakannya, hendaknya kita menenerima apapun yang Tuhan lakukan dalam hidup,
kehidupan dan penghidupan kita.
Karena
pasti Tuhan ada rencana yang baik untuk kita atas segala keadaan yang ada. Saya
punya teman kerja waktu bekerja di EasyCall. Beliau cacat secara fisik, katanya
karena penyakit polio yang dideritanya sejak kecil, sehingga berjalan harus
pakai tongkat, karena kedua kakinya cacat, tidak kuat untuk berdiri. Namun saya
salut atas semangat teman saya tersebut. Dia berhasil menamatkan pendidikannya
di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi dari Universitas Indonesia. Otaknya
sangat brilian, pekerja keras, dan tidak pernah merasa minder sedikitpun dengan
keberadaan fisiknya yang cacat tersebut.
Kehidupannya
dia jalani seperti orang normal. Yang saya salut, dia mampuh menaklukan hati
wanita, dan akhirnya punya pacar yang cantik. Bahkan hubungan mereka berlanjut
samapai mereka menikah, dan dikarunia anak yang luar biasa. Sungguh luar biasa
percaya diri yang ada pada teman saya tersebut. Saya tanya, bagaimana sampai
dia bisa punya percaya diri yang begitu kuat. Dia katakan, janganlah kita
melawan kodrat, atau kenyataan hidup. Sebagai orang muslim, saya percaya ada
Allah, ada pencipta alam semesta ini, Yang Maha Tau. Saya seperti ini sudah
atas kehendak Allah, dan saya harus menerima apapun yang Allah berikan dan
kehendaki dalam hidup saya. Saya selalu mensyukuri setiap pemberian yang Allah
berikan pada diri saya. Disitulah saya mengakui kebesaran Iman kepada Allah
yang dimiliki oleh teman saya tersebut. Sungguh luar biasa. Jawabanya telah
memberikan suatu enlightment (pencerahan) pada diri saya. Bahwa ternyata kalau
kita hidup percaya ada Allah, dan menerima semua kenyataan hidup yang ada,
serta selalu hidup bersyukur kepada Dia, Yang adalah sumber segala berkat, maka
hidup, kehidupan, dan penghidupan kita akan berjalan dengan baik.
Hati
kita akan selalu tenteran, pikiran kita akan selalu berpikir secara positif,
tidak akan pernah kecewa, minder, marah, malu ataupun takut menghadapi
kehidupan ini. Karena kalau kita sudah yakin ada Tuhan, Allah, Yang Maha Kuasa,
yang selalu menaungi, melindungi, dan mengatur kehidupan umat manusia sebagai
ciptaan-Nya, maka kita akan mampu menerima semua kenyataan yang terjadi dalam
hidup, kehidupan dan penghidupan kita.
Yang
membedakan manusia adalah cara pendangnya. Mereka yang tumbuh menjadi orang
hebat, orang sukses dan bahagia, selalu memandang kehidupan dengan positif.
Meraka percaya ada Yang Maha Kuasa di Alam semesta ini, yang merencanakan,
menciptakan dan mengendalikan alam semesta ini. Kehidupan mereka selalu
berserah, serta patuh mengikuti segala pernintah-Nya. Setiap kejadian, musibah,
atau apapun yang terjadi dalam kehidupannya, mereka selalu mampu menerimanya
dengan ikhlas, dan selalu mereka syukuri. Karena mereka tau itulah yang terbaik
bagi Tuhan. Mereka percaya bahwa keberadaannya di dunia ini adalah atas rencana
dan kehendak Yang Maha Kuasa, sehingga menjalani kehidupan ini sebagai
penatalayan (stewardship), dan sebagai alat Tuhan di dunia ini. Kehidupanya
sepenuhnya dijalani untuk melayani orang lain, menyenangkan hati orang lain.
Mereka menjalani kehidupan mereka untuk bermafaat sebesar-besarnya untuk orang
lain dan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, Allah, Sang Pencipta Yang
Agung. Berkat, berupa kekayaan, kesehatan, kerhormatan dan kekuasaan dan
kebahagiaan bagi mereka adalah reward dari Tuhan, bukanlah tujuan yang mereka
kejar.
Sedangkan
mereka yang hidup yang dikendalikan oleh egoisme, materi dan ketenaran,
cenderung hanya mengandalkan diri sendiri. Mereka merasa bahwa hanya diri
mereka yang penting. Karena merasa sanggup mandiri, kecenderungan tidak percaya
ada Tuhan. Melakukan segala sesuatu atas dorongan napsu diri untuk mengejar
tujuan kemewahan, kekayaan, dan ketenaran, sehingga menghalalkan segala cara
untuk dapat mengejar ambisi pribadi mereka. Orang lain hanyalah alat untuk
mencapai tujuan mereka. Ketika mereka merasa orang lain sudah tidak ada
manfaatnya maka akan dijauhi, dibuang dan tidak diperlukan lagi. Cara pandang
mereka, perilaku mereka sering mengundang ketidak senangan, kebencian, yang
akhirnya menutup jalan mereka sendiri. Tuntutan jiwanya adalah kepuasan napsu,
baik itu harta ataupun keglamoran hidup, kesenagan dan kehormatan. Tanpa mereka
sadari bahwa kehidupan mereka semakin menciptakan ketidak harmonisan dalam
sosial, yang akhirnya berbalik kepada diri sendiri berupa ditidak puasan dan kegoncangan
batin serta rasa sakit hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar