V. APPRAISEMENT.
A. Definisi dan
Penjelasan tentang Appraisement.
1. Appraisement
by definition “The act or result of judging the worth or value of something or
someone”. Terjemahan bebasnya, Definisi dari Appraisement adalah “Tindakan
atau hasil dari penilaian akan layak atau nilai dari sesuatu atau seseorang”
Appraisement = Assessment or Evaluastion.
2. Appraisement
\Ap*praise"ment\, “n”; The act of setting the value; valuation by an
appraiser; estimation of worth. Terjemahannya “Tindakan menentukan nilai;
penlaian oleh penilai; perkiraan akan
layak.”
3.
Appraisal [ah-prāz´al];
the act of evaluating something. Terjemahannya
“Tindakan akan menilai sesuatu.”
Health risk appraisal, a systematic
evaluastion of factors in an individual, family, company, or other aggregate
that might lead to illness or other health problems. Terjemahannya “
Penilaian resiko kesehatan, suatu penilaian sistematis akan faktor-faktor dalam
individu, keluarga, perusahaan, atau agrigat yang lain yang dapat menyebabkan
penyakit atau problem-problem kesehatan yang lain.”
Performance
appraisal , the evaluation of an employee or student, comparing his or her
job-related behavior with a standard of expectations for performance. Terjemahannya “ Penilaian Prestasi, adalah
penilasian akan karyawan atau pelajar, membandingkan perilaku kerja seseorang
dengan standar kenerja yang diharapkan.”
Sumber : http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/appraisement
Dari
pengertian di atas, maka saya membatasi pendefinisian dari Appraisement ini
pada Performance Appraisal. Sehingga dapat saya definisikan bahwa
“Appraisement” adalah tindakan penilain terhadap karyawan atau pegawai, dengan
membandingkan prestasi kerjanya dengan standar yang telah ditetapkan.
Appraisement adalah tahapan ketiga dari
SQM – Super Quick Management. Pada tahahapan ketiga yang merupakan tahapan terakhir
dari fungsi SQM – Super Quick Managent ini, memfokuskan kegiatan manajemen pada
evaluasi, feedback serta penerapan punishment and reward secara cepat, tepat
dan tegas. Tahapan terakir tidak berarti bahwa sudah tidak penting. Justru pada
tahapan ini adalah tahapan yang paling mendebarkan bagi karyawan.
Keseluruhan moment yang paling
mendebarkan ketika kita masih sekolah baik di SD, SMP, SMA maupun masa
Mahasiswa adalah moment ujian, dan detik terakhir, detik yang paling
menegangkan adalah detik mendengarkan pengumuman kelulusan. Ada yang menangis
karena haru, ada yang menangis karena kecewa, ada yang lompat kegirangan,
bahkan ada yang stress dan tidak bisa makan.
Saya masih teringat ketika mengikuti
ujian SD pada tahun 1970. Waktu itu kami juga menggunakan sistem ujian Negara
atau ujian nasional. Tidak mudah menghadapi ujian nasional, karena soalnya
disusun oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Kami harus mengikuti
pengayaan disekolah berbulan-bulan. Semua soal ujian yang pernah diuji
tahun-tahun sebelumnya harus kami kerjakan. Tiba waktu ujian dilaksanakan, kami
harus duduk dengan siswa dari sekolah yang lain. Teman dari satu sekolah
disebar semuanya.
Dan yang paling menegangkan adalah pada
hari pengumuman kelulusan. Kebetulan waktu jaman saya, dari sekolah kami di SD
Kinali, di Siau Barat Kabuapten Sangir Talaud, dari 25 siswa yang ikut ujian
hanya kami 3 (tiga) orang yang lulus. Banyak siswa yang pulang kecewa pada hari
itu, bahkan mereka memilih untuk tidak meneruskan pendidkan mereka lagi karena
kecewa dan malu.
Semua proses kegiatan, untuk mengetahui
apakah performancenya baik atau tidak, harus dilakukan melalui kegiatan evaluasi.
Dengan evaluasi, prestasi seseorang dapat diukur atau diketahui. Setiap perusahaan,
organisasi, atau pada institusi pemerintah sudah pasti akan selalu diadakan
evaluasi untuk dapat menilai kinerja dari karyawan atau pegawai yang bekerja.
Masa evaluasi kenerja adalah masa yang paling menegangkan, disusul dengan pemberian
feedback dan puncak dari semua ketegangan adalah saat penerapan Punishment dan
Reward. Pada bab V yang merupakan bab
terakhir dari keseluruhan pembahasan ini, saya akan mencoba membagi kedalam 3
(tiga) tahapan kegiatan yaitu; Evaluasi, Feedback, dan Penerapan Punishment and
Reward secara Cepat, Tepan dan Tegas. Itulah
sesungguhnya yang menjadi salah satu ciri dari SQM – Super Quick Manangement,
yaitu Cepat, Tepat dan Tegas. Dengan menitik beratkan pada prinsip Cepat, Tepat
dan Tegas, itulah sebabnya pola manajement ini saya sebutkan sebagai pola SQM –
Super Quick Management.
Peradaban moderen yang bercirikan
kecepatan, yang dipicu oleh derasnya arus infomasi yang ditunjang oleh kemajuan
teknologi telekomunikasi dan multy media, memaksa perubahan dalam pola menajemen, dimana manajer atau pemimpin harus Cepat, Tepat dan Tegas dalam bertindak. Baik dalam
membuat keputusan, dan mengambil tindakan. Hanya dengan cara kerja yang
demikian, suatu perusahaan, suatu organisasi, suatu institusi, bahkan suatu
Negara bisa maju.
Kecepatan yang dituntut adalah kecepatan
dengan didukung oleh sistem database yang falid dan akurat. Itulah sebabnya,
setiap menerapkan suatu kebijakan, peraturan, aturan, standar and prosedure, haruslah
ditunjang dengan sistem database yang terintegrasi dengan sistem yang lain. Contoh
: sistem database kependudukan di Departement Dalam Negeri, bisa diintegrasikan
dengan sistem database pajak di Departement Keuangan, dan sistem database kriminal
di Kepolisian, dan bisa lagi ditambah satu sistem lagi yaitu sistem database “Pemantauan Kredit”, yang pelaksanaannya
oleh lembaga independen pemerintah atau swasta. Sehingga ketika ada
instansti yang membutuhkan informasi tentang seseorang, cukup memasukan “Nomor
KTP” dan “Nomor Pokok Wajib Pajak”, maka langsung terhubung ke 4 sistem database
di kependudukan, pajak dan kriminal, dan pemantauan kredit, dan langsung
diperoleh informasi yang falid dan akurat tentang seseorang. Kalau sudah terjadi seperti itu, akan bisa
dipantau seseorang pernah diperiksa di polisi, pernah utang di toko mana,
apakah kondite kreditnya baik atau tidak, pernah terlibat dalam kasus kriminal
apa saja. Dengan ketersediaan sistem seperti itu, maka masyarakat akan takut
berbuat salah, karena konditenya akan terekam dalam sistem dan bisa diakses
oleh siapa saja yang membutuhkan informasi tentang seseorang. Dengan sistem
seperti itu, maka masyarakat akan menjadi disiplin dengan sendirinya, teratur
serta dapat mengontrol diri ketika ada hasrat untuk berbuat hal yang tidak
baik.
B.
Evaluasi
atau penilaian Kinerja (Performance evaluation).
1.
Definisi
Evaluasi.
Untuk
sekedar menjadi bahan referensi saya mencoba menyampaikan definisi dari
evaluasi menurut pendapat dari beberapa pakar management.
a.
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation) adalah proses
penilaian dalam perusahaan, evaluasi
dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan
sebagai analisis situasi program berikutnya. http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi
b.
Evaluasi adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi kerja karyawan. (Hani
Handoko, 1985:99).
c.
Pengertian Evaluasi atau Penilaian
Kinerja menurut Utomo, Tri Widodo W. adalah proses untuk mengukur prestasi
kerja pegawai berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan cara
membandingkan sasaran (hasil kerjanya) dengan persyaratan deskripsi pekerjaan
yaitu standar pekerjaan yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Standar
kerja tersebut dapat dibuat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. (http://www.geocities.com/mas_tri/sistemDP3.pdf).
d.
Siagian (1995:225–226) menyatakan
bahwa penilaian prestasi kerja adalah: Suatu pendekatan dalam melakukan
penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor
seperti :
1. Evaluasti
atau Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan
tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.
2. Evaluasi
atau Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang
realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang
ditetapkan dan diterapkan secara obyektif.
3. Hasil
evaluasi atau penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan
lima maksud:
a. Apabila
evaluasi atau penilaian tersebut positif maka penilaian tersebut menjadi
dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi pada
masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.
b. Apabila
evaluasi atau penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang
bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan sedemikian rupa mengambil
berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
c. Jika
seseorang merasa mendapat evaluasi atau penilaian yang tidak obyektif,
kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga pada
akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
d. Hasil
evaluasi atau penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan
secara rapi dalam arsip kepegawaian setiap pegawai sehingga tidak ada informasi
yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai
bersangkutan;
e. Hasil
evaluasi atau penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu
turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi
pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam
pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.
4. Penilaian
kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:394) merupakan suatu sistem formal yang secara
berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan
tugas-tugasnya.
5. Sedangkan
Mejia, dkk (2004:222-223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu
proses yang terdiri dari:
a. Identifikasi,
yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan
suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa
jabatan.
b. Pengukuran,
merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak
manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan
buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan
nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki
kesamaan tugas.
c. Manajemen,
proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak
manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai
di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan
balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya. Berdasarkan beberapa
pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja, terdapat benang merah yang
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan
suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang mendukung
kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya. Proses
penilaian dilakukan dengan membandingkan kinerja pegawai terhadap standar yang
telah ditetapkan atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki
kesamaan tugas.
2.
Tujuan
evaluasi kenerja (Performance Evaluation).
Performance
evaluation dilakukan dengan tujuan antara lain :
a.
Mengkomunikasikan
visi, misi, tujuan dan sasaran manajemen kepada karyawan.
Dalam
melakukan evaluasi manajer harus mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi,
tujuan dan sasaran dari perusahaan. Agar
kamunikasi berjalan dengan baik maka pendekatan kemanusia hendaklah
ditonjolkan. Lakukanlah komunikasi dengan baik. Hindari kekakuan dalam
berhadapan dengan bawahan. Jelaskan bahwa perusahaan membutuhkan karyawan, ajak
mereka untuk mendukung apa yang menjadi visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan.
Jalaskan apa yang menjadi tujuan perusahaan, dan apa kontribusi yang diharapkan
supaya perusahaan maju. Kontribusi masing-masing karyawan tidaklah sama. Tergantung
jenis pekerjaan dan job diskripsinya masing-masing. Dengan mengerti arah
perusahaan, tujuan dan sasaran, maka akan menyadarkan karyawan untuk
berkontribusi guna mencapai tujuan perusahaan. Tekankan prinsip help us to help
you. Kalau perusahaan maju, tentu perusahaan akan dapat memikirkan kontribusi
untuk perbaikan nasib karyawan.
b.
Memotivasi
karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Jelaskan
tujuan evaluasi adalah mencari jalan untuk memperbaiki kinerja. Dan itu berlaku
bagi semua karyawan. Perusahaan tidak mengharapkan karyawan tidak berkembang.
Oleh karena itu, upaya menaikan prestasi selalu ditekankan kepada semua
karyawan. Kalaupun tidak bisa mendapat kesempatan maju diperusahaan saat ini,
namun dengan pengalaman kerja yang ada, dan sikap yang baik, tentu akan terbuka
kesempatan untuk memperbaiki karir di tempat yang lain. Setiap upaya baik,
pasti akan ada hasilnya. Itu sudah hukum alam. Hukum tabur tuai. Siapa yang
menabur kebaikan akan menuai kebaikan. Siapa yang menabur prestasi akan menuai
keberhasilan. Oleh karena itu perusahaan sangat berharap untuk selalu ada kerja
sama dalam upaya menaikan prestasi setiap karyawan.
Setiap
orang mempunya keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi tentang dirinya.
Menyampaikan prestasi yang baik, akan sangat menyenangkan hati dari individu
yang mendapat penilaian yang baik. Dan sudah tentu hasil positif tersebut akan
menjadi pendorong gairah untuk bekerja labih baik. Penyampaian terima kasih,
pujian secara cepat dan tepat akan berdampak sangat positif bagi karyawan.
Itulah sebabnya feedback menjadi keharusan bagi manajer untuk menyampaikan
kepada karyawan untuk lebih memacu, lebih memotivasi karyawan untuk berprestasi
lebih baik.
c.
Mendistribusikan
penghargaan organisasi seperti meningkatkan gaji dan promosi secara adil.
Perusahaan mengerti bahwa setiap
orang, siapa saja menginginkan ada perbaikan penghasilan terutama melalui
kenaikan gaji. Tentu untuk mencapai hal itu harus ada pra-syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap karyawan. Oleh karena itulah tujuan evaluasi adalah
membantu karyawan untuk dapat mencapai tujuan kenaikan gaji. Karyawan yang
dipromosikan harus mencapai standar untuk dapat diusulkan naik gaji, atau mendapatkan
promosi. Itulah sebabnya selalu ada evaluasi atas kinerja. Supaya perusahaan tidak
salah dalam menaikan gaji dan melakukan promsi bagi karyawan.
d. Untuk melakukan penelitian
manajemen (Klingner dan Nabadian 185: 254)
Evaluasi juga harus diketahui sebagai
bagian dari upaya survey yang dilakukan untuk merekam apa sebenarnya yang
menjadi harapan karyawan untuk dapat memacu kinerja mereka. Bisa saja karena
perkembangan perusahaan, manajemen sudah tidak memahami ada apa yang berkembang
di karyawan. Itulah sebabnya diperlukan research.
Melalui
evaluasi inilah dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melakukan survey pada
karyawan di perusahaan.
3.
Manfaat
dari evaluasi kinerja (performance evaluation):
Setiap melakukan
kegiatan, tentu kita mengharapkan manfaat dari ketiatan, upaya, tindakan atau
perilaku. Evaluasi Performance kerja mempunyai manfaat sbb :
a.
Perbaikan
prestasi kerja.
Perbaikan
prestasi kerja merupakan manfaat yang diperoleh dari evaluasi kinerja karyawan.
Dengan menonjolkan komunikasi yang efektif, serta melakukana pendekatan
kemanusiaan, membangun kesadaran, memberikan motivasi, mencoba meyakinkan,
mempengaruhi dan mengarahkan karyawan, maka diharapkan karyawan akan terdorong
untuk meningkatkan kinerjanya, mejadi lebih kreatif, lebih inovatif dan lebih
proaktif setelah menerima feedback atas hasil kinerjanya.
b.
Penyesuaian
kompensasi.
Evaluasi
kenerja selain untuk diarahkan untuk meningkatkan performance, juga digunakan
untuk menjadi dasar memberikan kompensasi seperti kenaikan gaji atau berupa
bonus yang akan diberikan oleh perusahaan kepada karyawan.
c.
Keputusan
penempatan.
Dengan
adanya evaluasi, manajemen dapat mengetahui kempetensi seseorang. Sehinga
dengan evaluasi tersebut, akan dapat digunakan sebagai dasar untuk menempatkan
karyawan pada posisi atau menempati pekerjaan yang lebih tepat.
d.
Untuk
pelatihan (guna kelancaran, menambah keterampilan).
Melalui
evaluasi, maka manajemen bisa mendapatkan gambaran tentang kemampuan karyawan
menjalankan suatu pekerjaan. Selama perusahaan menemukan bahwa kemunduran
prestasi bukan diakibatkan oleh kesengajaan, atau suatu motif yang tidak baik,
maka perusahaan dapat memberikan training bagi karyawan baik untuk menguasai
pekerjaan atau know hownya, selain itu dapat juga perusahaan gunakan untuk
meningkatkan kemampuan karyawan melaksanakan pekerjaan yang ada, setelah
karyawan tersebut sudah dibekali dengan pengetahuan know how atau pengetahuan
untuk mengoperasikan atau skill dasar dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Contoh
: seorang operator mesin berat seperti excavator. Seseorang harus dilatih
mengoperasikan. Setelah itu, dapat diberikan latihan untuk memperbaiki
excavator tersebut.
e.
Untuk
pengembangan karir.
Seorang
karyawan yang berprestasi dan menunjukan loyalitas kepada perusahaan, dapat
diberikan training untuk pengembangan karir. Contoh : pegawai yang sudah lama,
punya kemampuan baik, berprestasi, loyal, jujur dan cooperative, dapat
diberikan training menajement untuk tingkat supervisor. Dengan harapan suatu
saat ketika menempati posisi supervisor, sudah mempunyai pengetuhuan manajement
khusus untuk supervisor.
f.
Memperbaiki
kesalahan waktu rekrutmen atau penempatan.
Setiap
upaya, keputusan, kebijakan yang dilakukan oleh manusia tidak luput dari
kekeliruan atau kesalahan. Untuk menghindari kesalahan waktu rekrutmen
tersebut, maka salah satu manfaat dari evaluasi adalah untuk dapat memperbaiki
kesalahan tersebut. Dengan evaluasi akan ketahuan bahwa sesungguhnya telah
terjadi kekeliruan pada saat penempatan pada waktu seleksi karyawan. Sejauh
mental karyawan masih baik, dan memiliki ilmu serta skill yang dapat
dimanfaatkan di tempat lain, maka perlu dilakukan rotasi bagi karyawan tersebut
agar kinerjanya lebih baik, lebih efektif, dan bisa lebih bermanfaat untuk
perusahaan.
4.
Prinsip
dalam melakukan evaluasi
Setiap kegiatan, usaha
atau upaya yang dilakukan, haruslah dibangun atas dasar prinsip yang jelas.
Harus mempunyai nilai yang mendasari tindakan tersebut dilakukan, mempunyai
nila kebenaran dan kemanfaatan. Evaluasi dalam pola SQM – Super Quick
Management dilakukan atas prinsip sbb :
a. Objektif.
Untuk
tidak terjadi bias dalam melakukan penilaian, dan tidak menyebabkan kekecewaan dan
menyebabkan demotivasi pada karyawan, maka penilaian harus dilakukan seobjektif
mungkin. Kreteria, dan sistem evaluasi
haruslah jelas dan terukur, mengikuti prinsip manajemen by objective dan
tentunya sejalan dengan performance by objective.
b. Motivasi.
Salah
satu tujuan dari evaluasi adalah untuk memotivasi karyawan. Karena keberhasilah
perusahaan ditentukan oleh keberhasilan karyawan. Oleh karena itu, perusahaan
harus mampu memotivasi karyawan untuk selalu bekerja bersemangat, bergairah,
rajin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang percayakan oleh
perusahaan
c. Jujur.
Agar
evaluasi tidak membawa dampak negative dalam perusahaan, maka diperlukan
kejujuran dari petugas yang melakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan dengan
jujur akan menimbukan kepercayaan dan kepatuhan serta keseganan. Oleh karena
itu penting sekali untuk memperhatikan faktor kejujuran dalam melakukan
evaluasi tersebut. Banyak kekacauan diperusahaan timbul hanya karena tidak puas
dengan sistem evaluasi yang dilakukan. Baik dalam hal keterbukaan care
evaluasi, objektivitas tersebih kejujuran.
d.
Falidity,
reliability.
Evaluasi
harus dilakukan dengan menggunakan data yang falid dan dapat dipercaya. Hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan rasa tidak percaya, yang akhirnya menimbulkan
kerawanan dalam perusahaan, karena karyawan merasa ada ketidak beresan dalam
evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh kaerna itu, diperlukan
kehati-hatian dalam melakukan evaluasi agar tidak menimbulalkan kerawanan
diperusahaan.
5.
Bias
dalam evaluasi
Untuk
menghindari subjectif dari evaluator, maka diperlukan training bagi evaluator
agar mereka bisa bekerja lebih professional. Juga dibutuhkan pengawasan secara
ketat, agar tidak terjadi pertimbangan subjectif karena hubungan teman,
hubungan kesukuan, etnis, agama, atau kedekatan khusus. Semua itu harus dicegah
agar jangan sampai terjadi bias dalam evaluasi. Agar tidak bias, maka perlu
ditunjang oleh suatu sistem dan instrument yang baik, efektif serta dapat
dipercaya baik keabsahan dan keakuratannya.
6.
Teknik
evaluasi.
Metode
Penilaian Kinerja Banyak metode dalam penilaian kinerja yang bisa dipergunakan.
Berikuti ini saya mengutip penilaiaan kerja yang disampaikan oleh Hani Handoko 1985, Management Personalia
dan Sumber Daya Manusia. Jogyakarta:Liberty. Menurut Han Handoko, penilaian
kerja secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu past oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang
berorientasi pada masa lalu) dan future
oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang berorientasi ke masa
depan), (Werther dan Davis, 1996:350).
a.
Past
based methods adalah evaluasi kinerja atas
kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Kelebihannya adalah
jelas dan mudah diukur, terutama secara kuantitatif. Kekurangannya adalah
kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang-kadang justru salah
menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu,
metode ini kadang-kadang sangat subyektif dan banyak biasnya.
b.
Future
based methods adalah penilaian kinerja dengan
menilai seberapa besar potensi pegawai dan mampu untuk menetapkan kinerja yang
diharapkan pada masa datang. Metode ini juga kadang-kadang masih menggunakan
past method. Catatan kinerja juga masih digunakan sebagai acuan untuk
menetapkan kinerja yang diharapkan. Kekurangan dari metode ini adalah
keakuratannya, karena tidak ada yang bisa memastikan 100% bagaimana kinerja
seseorang pada masa datang.
Pengklasifikasian pendekatan
penilaian kinerja oleh Wherther di atas berbeda dengan klasifikasi yang
dilakukan oleh Kreitner dan Kinicki (2000). Berdasarkan aspek yang diukur,
Kreitner dan Kinicki mengklasifikasikan penilaian kinerja menjadi tiga, yaitu:
pendekatan trait, pendekatan perilaku dan pendekatan hasil.
a.
Pendekatan
trait adalah pendekatan penilaian
kinerja yang lebih fokus pada orang. Pendekatan ini melakukan perankingan
terhadap trait atau karakteristik individu seperti inisiatif, loyalitas dan
kemampuan pengambilan keputusan. Pendekatan trait memiliki kelemahan karena
ketidakjelasan kinerja secara nyata.
b.
Pendekatan
perilaku, pendekatan ini lebih fokus pada
proses dengan melakukan penilaian kinerja berdasarkan perilaku yang tampak dan
mendukung kinerja seseorang.
c.
Sedangkan
pendekatan hasil, adalah pendekatan yang lebih
fokus pada capaian atau produk. Metode penilaian kinerja yang menggunakan
pendekatan hasil seperti metode management by objective (MBO), (Kreitner dan
Kinicki, 2000:303-304).
Metode-metode penilaian kinerja
yang sesuai dengan pengkategorian dua tokoh di atas yang paling banyak
digunakan menurut Mondy dan Noe (1993:402-414) adalah:
a.
Written
Essays, merupakan teknik penilaian
kinerja yaitu evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan pekerja,
kelemahannya, kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran
untuk pengembangan pekerja tersebut.
b.
Critical
Incidents, merupakan teknik penilaian
kinerja yaitu evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik
dan terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai.
c.
Graphic
Rating Scales, merupakan teknik penilaian
kinerja yaitu evaluator menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala dalam
mengukur faktor-faktor kinerja (performance factor ). Misalnya adalah dalam
mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala yang digunakan
adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika
tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, misalnya,
maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor
kinerja lainnya. Metode ini merupakan metode umum yang paling banyak digunakan
oleh organisasi.
d.
Behaviourally
Anchored Rating Scales (BARS), merupakan teknik
penilaian kinerja yaitu evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis
perilaku kerja yang mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya
adalah penilaian pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan
tidak menerima suap dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja
lumayan. Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan,
ia diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini
mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang
diharapkan. Pada contoh di atas, nilai 4 dideskripsikan dengan tidak menerima
suap dari pelanggan. Nilai 7 dideskripsikan dengan menolong pelanggan yang
membutuhkan bantuan. Dengan mendeskripsikannya, metode ini mengurangi bias yang
terjadi dalam penilaian.
e.
Multiperson
Comparison, merupakan teknik penilaian
kinerja yaitu seorang pegawai dibandingkan dengan rekan kerjanya. Biasanya
dilakukan oleh supervisor. Ini sangat berguna untuk menentukan kenaikan gaji
(merit system), promosi, dan penghargaan perusahaan.
f.
Management
By Objectives. Metode ini juga merupakan
penilaian kinerja, yaitu pegawai dinilai berdasarkan pencapaiannya atas
tujuan-tujuan spesifik yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan-tujuan ini
tidak ditentukan oleh manajer saja, melainkan ditentukan dan disepakati bersama
oleh para pegawai dan manajer.
Setiap metode di atas memiliki
kelemahan dan kelebihannya masing-masing, sehingga tidak baik bagi organisasi
untuk menggantungkan penilaian kinerjanya hanya pada satu jenis metode saja.
Sebaiknya, organisasi menggabungkan beberapa metode yang sesuai dengan lingkup
organisasinya, Mondy dan Noe (1993: 414).
Sumber:
Hani Handoko 1985, Management Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Jogyakarta:Liberty.
C.
Feedback.
Pendekatan dalam
memberikan feedback atau umpan balik bagi karyawan.
Ketika sedang melakukan
feedback kepada karyawan, maka perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini :
a.
Tekankan
pada aspek positif prestasi kerja.
Ketika
melakukan umpan balik setelah ada hasil evaluasi, maka penyampaian hasil
evaluasi berupa feedback atau umpan balik haruslah dibatasi pada masalah
prestasi kerja saja. Yang perlu diingat prinsip dalam umpan balik adalah
perbaiki perilakunya jangan serang pribadinya. Salah satu tujuan dari feedback
adalah untuk memotivasi karyawan. Oleh karena itu, fokus pada prestasi kerja
yang positif. Sampaikan apa yang telah dicapai, akui dan sampaikan terima
kasih. Pengakuan prestasi akan menaikan rasa bangga bagi karyawan yang
bersangkutan. Hal itu akan menambah semangat dan gairah kerja bagi karyawan,
dan pada akhirnya akan semakin menaikan prestasi kerja atau minimal karyawan
akan berusaha mempertahankan presasi yang telah dicapai. Pengumuman untuk
karyawan berprestasi di papan pengumuman, atau kalau ada bulletin perusahaan,
akan membanggakan bagi karyawan.
b.
Selenggarakan
review secara pribadi.
Ketika
melakukan umpan balik, jagalah kewibawaan, harga diri karyawan. Manusia tidak
ingin harga dirinya diobral di depan umum. Oleh karena itu kita harus menjaga
kerhormatan staf, dan kerahasiaan tugas. Ketika harga diri dan kehormatan
karyawan terjaga dengan baik, maka mereka juga akan menaru rasa hormat kepada
atasan mereka. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan dapat berjalan seimbang,
kerharmonisan dilingkungan perusahaan terpelihara dan dapat berjalan dengan baik, sehingga antara
pimpinan dan bawahan akan saling respect. Ketika pimpinan melupakan tugas yang
mungkin dianggap sepele, seperti menyapa, senyum, memberikan perhatian kecil,
lambat laun dukungan batin dari karyawan akan tidak mereka peroleh. Disitulah
awal kemacetan atau awal tersumbatnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
Pada saat komunikasi tersumbat, rasa saling curiga muncul, maka interaksi dalam
lingkungan perusahaan akan mengalami kebuntuan, akan berpengaruh pada sikap dan
perilaku karyawan. Dan yang paling dikuatirkan adalah tericiptanya situasi dan
kondisi yang tidak kondusif, yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja
karyawan. Akhirnya tujuan perusahaan akan sulit dicapai.
c.
Review
sesering mungkin.
Review
dengan karyawan harus dilakukan sesering mungkin. Review dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan prestasi atau kemajuan yang telah mereka capai. Rewiew atas
hasil yang telah diperoleh, bagaikan peralatan GPS (Geographical Position
System), secamam alat penentu posisi koordinat kita. Melalui GPS, kita akan tau
posisi kita, sehingga kita bisa mengarahkan arah kita untuk menuju tujuan yang
kita hendak capai. Dengan Review, kita
bisa mengetahui posisi prestasi kita ada dimana. Dengan demikian kita akan
mengambil sikap dan langkah untuk maju atau mengubah arah agar bisa sampai ke tujuan
kita.
Dengan
Review dimaksudkan supaya membantu karyawan untuk bisa maju, walaupun terkadang harus membutuhkan kesabaran, karena
butuh proses yang lama, dan harus diulang dan di ulang. Sejauh karyawan masih ada niat, ada kemuan
untuk memperbaiki kinerjanya, dan ada progress yang ditunjukan dari waktu ke
waktu, feedback harus berjalan terus. Nilai positif semakin ditonjolkan untuk
meyakinkan karyawan bahwa mereka sedang mengalami kemajuan.
d.
Ajukan
kritik spesifik yang khusus, bukan yang umum.
Memberikan
kritik atau suatu koreksi untuk prestasi kerja, harus lakukan secara specifik
menuju kepada point kelemahan yang membutuhkan atensi karyawan untuk
diperbaiki. Konsultasi tidak boleh meluas dan menjadi tidak ada arah. Feedback harus
to the point, dimana yang harus diperbaiki. Akui bahwa ada kemajuan dipoint
tertentu, namun masih ada bagian yang harus diperbaiki, tunjukan dengan jelas
dimana yang harus diperbaiki. Tekankan bahwa sesungguhnya karyawan tersebut
bisa berkembang, karena sudah ada bukti di point tertentu ada kemajuan. Tinggal
butuh lebih serius, lebih sungguh-sungguh. Berikan keyakinan bahwa karyawan
tersebut pasti bisa berkembang dan mencapai prestasi yang lebih baik.
e.
Tenang,
dan tidak berdebat dengan orang yang di review.
Karyawan
adalah parterner kerja dari manajer, yang membantu manajer mensukseskan tugas
dibawah pengawasan manajer. Sebagai
partner kerja, janganlah berdebat dengan mereka. Perlakukanlah mereka sebagai
sahabat, sebagai manusia yang perlu kita hormati, jaga perasaannya. Selama
masih ada possibility untuk diperbaiki, lakukan upaya untuk meperbaiki kinerja
yang kurang baik tersebut.
Berdebat
tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi karyawan, malah hanya akan
memancing ego mereka naik. Kalau sampai menyentuh masalah ego seseorang, maka
semakin sullit memperoleh respond yang baik dari karyawan. Oleh karena itu,
harus fokus pada prestasi, galilah informasi yang penting dari karyawan untuk
dapat membantu mereka melakukan langkah perbaikan.
Usahakan
karyawan sampai menyadari kekeliruan, kesalahan atau kegagalan mereka dalam
mencapai prestasi yang baik. Ajak mereka agar mau memperbaiki, dan mau bekerja
sama untuk mencari solusi atas masalah, kendalah yang mereka hadapi. Dengan
komunikasi yang efektif, pemberikan perhatian yang tulus, niatan baik untuk
membantu, maka akan membangun kesadaran mereka atas prestasi yang ada, mengerti
alasan kenapa kurang, tunjukan dan ajarkan cara memperbaikinya. Saya percaya
dengan komunikasi yang efektif, lambat laun prestasi, kinerja karyawan dapat
diperbaiki.
f.
Tunjukan
keinginan untuk membantu karyawan untuk menaikan perstasi.
Pendekatan
kemanusiaan selalu menjadi kunci utama dalam mempimpin karyawan. Oleh karena
itu, tunjukan kepada karyawan sewaktu melakukan feedback, bahwa perusahaan pada
prinsipnya mau membantu karyawan untuk maju. Ketulusan, kejujuran kita dalam
menilai, niat yang sungguh-sungguh untuk membantu karyawan, mereka bisa rasakan
dan bisa baca. Kalau sampai ketulusan kita, kejujuran dan kesungguhan kita
membantu karyawan akan menyentuh batin mereka, maka akan menstimulasi kesadaran
mereka. Ketika rasa batin mereka, rasionalitas mereka terbuka, maka akan
membawa pengaruh pada sikap dan perilaku karyawan menuju ke perubahan yang
lebih baik.
g.
Ahkiri
periode evaluasi dengan menekankan aspek positif prestasi kerja karyawan.
Setiap
mengakiri suatu evaluasi dan feedback, selalu beritahukan nilai baik mereka. Fokus
pada prestasi baik mereka, supaya mereka lebih termotivasi untuk memperbaiki point-point
yang masih lemah. Dorong mereka untuk lebih semangat. Arahkan pikiran mereka
untuk melihat jauh kedepan, dorong mereka untuk lebih berimajinasi. Lakukan
visualisasi diri jauh kedepan, komnfirmasikan dengan iman, keyakinan diri, maka
dengan pertolongan Tuhan, apa yang mereka angan-angankan dapat terwujud, dapat
tercapai.
D.
Kecepatan,
Ketepatan dan Ketegasan dalam pemberiah Punisment and Reward.
Kunci
untuk menegakkan aturan, menciptakan kedisiplinan adalah Kecepatan, Ketepatan
dan Ketegasan dalam mengambil tindakan. Menunda memberikan sangsi atau Punishment
bagi pelanggar aturan, ketentuan hukum, hanyalah menghilangkan kewibawaan para
pemimpin dan paran penegak hukum.
Kesalahan,
pelanggaran jangan diberi ruang untuk berkembang sejengkalpun. Itulah prinsip
yang harus dipegang. Sekali kita memberikan torelansi, kompromi, maaf, maka
akan melemahkan penegakkan aturan, atau disiplin dalam lingkungan kerja,
ataupun di masyarakat.
Rasa kasihan, rasa sayang, rasa
ibah, rasa prihatin, rasa tidak tega, dengan alasan apapun, tidak dapat digunakan untuk membela kesalahan
dan pelanggaran.
Saya
sangat terinspirasi dengan seorang dosen di Universitas Klabat sewaktu saya
masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Prof Dr. Daniel Kambey.
Salah satu dosen yang saya sangat banggakan. Beliau sangat ramah, baik kepada
siapa saja di Kampus. Waktu itu, beliau menjabat sebagai Purek III, membidangi
Urusan Kemahasiswaan. Masalah aturan, pendisiplinan, ijin keluar masuk kampus,
semua ada di bawah kendali beliau. Prof. Dr Kambey sangat baik, selalu senyum
dan ramah kepada Mahasiswa. Namun jangan coba-coba bernegosiasi kalau sudah
masalah disiplin. Dikampus kami waktu itu, ada 4 (empat) hal yang tidak bisa
dikompromikan, yaitu, kasus pencurian, kasus
perkelahian, kasus mabuk karena alkohol atau karena mengkonsumsi obat
terlarang, dan kasus mengisap rokok. Untuk 4 (empat) macam kesalahan
tersebut, mahasiswa langsung dikeluarkan dari Kampus, dan tidak bisa mengikuti
kegiatan perkuliahan selama 1 (satu) semester.
Ada
beberapa kasus, dimana ada anak dari pengerja di Misi Gereja Advent, karena
telah kedapatan melakukan salah satu dari 4 (empat) bentuk pelanggaran
tersebut, tetap tidak ada toleransi. Semuanya dikeluarkan dari Kampus. Itulah sebabnya sewaktu saya kuliah di Kampus
tersebut, jarang terjadi kasus menyangkut 4 (empat) jenis penlanggaran
tersebut. Karena sangsinya berat dan tidak ada kelonggaran sedikitpun dari Prof.
Dr. Daniel Kambey. Sungguh luar biasa
beliau tersebut. Sangat dekat dihati Mahasiswa karena kebaikan, keramahannya, dan
perhatiannya, namun sangat dihormati, disegani karena ketegasannya.
Dalam
menyikapi hasil evaluasi, para atasan langsung di perusahaan haruslah
memperhatikan hasil evaluasi tersebut. Segera ambil sikap setelah melakukan
evaluasi dengan melakukan hal-hal sbb :
1.
Kalau
hasil evaluasi baik, maka pada saat feedback, langsung
berikan Reward. Reward pertama dalam bentuk pujian secara lisan. Ambil tindakan
cepat dan tepat untuk mengkui setiap prestasi yang baik. Setelah pujian,
lanjutkan dengan memberikan hadiah dalam bentuk materi. Pemberikan materi, tentu
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Mungkin kenaikan gaji,
pemberian bonus khusus atau berupa promosi jabatan. Apapun jenis hadiahnya,
yang penting adalah harus diberikan sesegera mungkin. Untuk ketepatan hadiah
yang diberikan, atasan langsung yang paling tau, serta perusahaan dimana
karyawan bekerja yang paling mengetahui situasi dan kondisi perusahaannya.
2.
Kalau
hasil evaluasi tidak baik, atau performancenya rendah, makan
perlu dilihat lagi 4 ( empat) hal sbb :
a.
Apakah
prestasi rendah dikarenakan karyawan belum tau mengerjakan tugasnya,
sehingga belum mahir melakukannya, namum masih ada kemauan untuk bekerja, maka
dalam kasus tersebut, perusahaan harus mengambil sikap agar dengan segera
memberikan pelatihan, baik itu berupa inhouse training, atau mengirim mengikuti
pelatihan di institusi lain yang secara khusus menyelenggarakan pelatihan
tersebut.
b.
Kalau
prestasinya buruk karena kesalahan rekrutmen atau penempatan kerja,
namun karyawannya ada kemauan kerja, menunjukan loyalitas yang baik, dan mudah
diatur, maka harus dilakukan rotasi ke tempat kerja yang lain dalam lingkungan
perusahaan tersebut.
c.
Jika
prestasi yang rendah karena salah dalam rektrutmen,
dan kesalahan yang diperoleh waktu wawancara, dan dari hasil evaluasi karyawan
tersebut tidak bisa bekerja sama, serta
tidak menunjukan etikat yang baik, maka harus dengan segera dilakukan pemutusan
hubungan kerja, apalagi kalau masih dalam masa percobaan.
d.
Jika prestasi yang rendah dikarenakan
oleh motif tidak baik, dan karena sikap mental yang buruk, jika masih dalam
masa percobaan, segera lakukan pemutusan hubungan kerja. Namun kalau sudah melewati
masa percobaan, dan sudah diangkat menjadi karyawan tetap, maka segera berikan
sangsi berupa teguran lisan, kalau belum berubah, disusuli dengan teguran
tertulis sampai 3 kali, mengikuti aturan depnaker. Setelah peringatan ke tiga
masih juga tidak ada perubahan, maka harus segera lakukan pemutusan hubungan
kerja.
Catatan khusus :
Untuk kasus menyangkut pelanggaran pada disiplin kerja, dan sudah terjadi pelanggaran
hukum, maka harus segera diambil tindakan untuk membebas tugaskan karyawan dari
jabatan, atau tugasnya, dan tidak boleh terlibat dalalm aktifitas perusahaan,
dan harus dirumahkan. Gajinya disesuiakan tergantung pada kebijakan perusahaan.
Apabila keputusan perkara sudah memiliki kekuatan hukum tetap, maka harus
dilakukan pemutusan hubungan kerja, dengan membayar seluruh haknya yang melekat
diperusahaan.
F.
Rangkuman
dari tahapan ketiga dalam fungsi SQM – Super Quick Management yaitu
“Appraisement” adalah sbb :
1. Evaluasi
hendaknya dilakukan untuk maksud memotivasi bagi karyawan yang berprestasi
baik, untuk dapat mempertahankan atau lebih memacu prestasinya serta membangun
kesadaran bagi karyawan yang berprestasi redah, untuk segera berpacu untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
2. Evaluasi
dimanfaatkan untuk rencana kenaikan gaji, promosi dan penjenjangan karir bagi
karyawan yang berprestasi.
3. Evaluasi
dimaksudkan untuk menjadi sarana survey bagi perusahaan untuk mengetahui
perkembangan yang terjadi ditengah karyawan, dan dijadikan dasar untuk
menentukan kebijakan perusahaan kedepan.
4. Evaluasi
harus dibangun dalam prinsip; objektif, memotivasi, menjunjung tinggi
kejujuran, serta didukung oleh data yang valid dan reliable.
5. Hasil
evaluasi haruslah disampaikan kepada karyawan dalam bentuk feedback.
6. Feedback
yang baik haruslah dilakukan dengan memperhatikan aspek;
a. Penekanan
pada prestasi saja, tidak melibatkan masalah pribadi.
b. Menonjolkan
privacy (kerahasiaan) seseorang. Karena setiap orang ada harga diri yang selalu
dijaga. Oleh karena itu melakukan feedback harus dilakukan secara pribadi dan
dengan komunikasi yang efektif.
c. Lakukan
review sesering mungkin, untuk menunjukan bahwa kita ada perhatian kepada
karyawan. Untuk bisa memantau perkembangan dari waktu ke waktu. Dan sarana
untuk pendekatan yang efektif kepada karyawan.
d. Lakukan
penekanan pada aspek yang positif dan harus spesifik, agar karyawan mengetahui
langsung pada aspek mana yang sudah baik, dan pada aspek mana yang harus
diperbaiki.
e. Hindari
berdebat dengan karyawan ketika sedang melakukan feedback.
f. Tekankan
bahwa dalam melakukan feedback adalah upaya menolong karyawan bukanlah upaya
mencari salah atau kelemahan.
g. Lakukan
upaya yang membangunkan semangat, dan akhiri pertemuan dengan kesan yang baik
bagi karyawan.
7. Tindakan
yang harus dilakukan menyikapi hasil evaluasi adalah ;
a. Jika
hasil evaluasi baik, segera berikan penghargaan berupa ucapan terima kasih,
pujian dan janji kenaikan gaji, atau promosi serta rencana promosi bagi
karyawan tersebut. Untuk membicarakan kenaikan gaji, promosi, dan jenjang karir
harus dilakukan lebih hati-hati, perhatikan kondisi perusahaan.
b. Jika
hasilnya kurang baik, perlu deperhatikan hal sebagai berikut ;
-
Kalau karyawan punya keinginan bekerja,
namun belum menguasai pekerjaan, maka perlu diberikan training.
-
Kalau prestasi tidak baik hanya karena
kesalahan rekrutment dan kesalahan penempatan kerja, lalukan rotasi kerja
ketempat yang lebih cocok.
-
Kalau karyawan tidak punya keinginan
bekerja, karena merasa kurang cocok dengan pekerjaan tersebut, kalau masih
dalam masa percobaan, cepat dilakukan pemutusan hubungan kerja.
-
Kalau karyawan tidak punya keinginan
bekerja, serta ada motif lain yang bisa merugikan perusahaan, kalau sudah
melewati masa percobaan maka perlu dilakukan peringatan, mulai dari peringatan
lisan, lalu tertulis samapi 3 kali, sesuai ketentuan depnaker. Dan kalau sampai
3 kali peringatan tertulis namun tetap tidak ada perubahan, lakukan upaya
pemutusan hubungan kerja dengan mengacu kepada ketentuan depnaker.
8. Dalam
kasus karyawan melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan seperti
mencuri, atau secara sengaja merusak barang milik perusahaan, harus dengan
segera dilaporkan ke pihak berwajib, dan dilakukan pe-non-aktifan karyawan dari
tugasnya, lalu di rumahkan, sampai ada keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, baru dilakukan pemutusan hubungan kerja, dengan mengacu
kepada ketentuan depnaker.
Demikianlah
keseluruhan proses manajemen SQM – Super Quick Management ini saya sampaikan
untuk dapat dijadikan panduan dalam menjalankan fungsin management dengan
mengedepankan hubungan kemanusiaan yang berdasarkan Cinta Kasih, dipadukan
dengan penerapan sikap Cepat, Tepat dan Tegas dalam menyikapi setiap perilaku
dan kinerja karyawan. Semoga buku ini bisa bermafaat bagi para Supervisor,
Manajer atau Pimpinan di perusahaan, lembanga sosial, ataupun di institusi
pemerintah dalam menjalankan aktifitas manajement pada lingkungan
masing-masing. Semoga Tuhan selalu menolong kita semua. Amin.
HUBUNGI SAYA DI
email : lombohelfried@gmail.com
Phone: +6281385893809; +6281293766633
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
www.arenakartu.cc
100% Memuaskan ^-^
terimakasih informasinya, jangan lupa kunjungiVisit Us
BalasHapus