BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Ini adalah satu ungkapan sederhana yang mengandung makna yang sangat dalam, karena sesungguhnya itulah inti perjuangan. Bangsa Indonesia butuh waktu 350 tahun untuk berhasil mengusir kaum penjajah dari bumi Nusantara ini. Mengapa begitu lama ? Karena perjuangan rakyat Indonesia sebelum Bung Tomo dan Bung Karno masih terpecah belah. Dengan politik Devide Et Impera, Para pejuang dibenturkan, dipecah belah. Itulah yang membuat kita harus menderita ditangan para penjajan sampai 350 tahun.
Bersatu, itulah inti perjuangan. Jika tidak bersatu maka akan sia sia perjuangan kita. Bung Tomo, Bung Karno harus mempersatukan jiwa seluruh rakyat sebelum akhirnya bisa mengusir kaum penjajah. Mereka telah membuat tema perjuangan Bangsa Indonesia “ Satu Bangsa, Satu Bahasa dan Satu Tahan Air”. Dengan dideklarasikannya tema perjuangan ini, barulah semangat, dan roh perjuangan bangsa Indonesia boleh bersatu. Energi kekuatan telah bangkit dan menyatu. Itulah yang menjadi penyemangat perjuangan bangsa ini, sampai bisa mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaannya.
SITARO, jika tidak bersatu maka keinginan untuk mensejahterakan masyarakat, keinginan untuk mengangkat kehidupan para kaum Petani dan Nelayan, Kaum Buruh, tidak akan bisa kita wujudkan. Harus ada satu tema yang bisa mempersatukan masyarakat, agar bisa dalam satu perahu perjuangan yang sama.
Untuk memilih satu tema yang baik, maka kita harus mengenal terlebih dahulu; akar budaya masyarakat, kehidupan mendasar masyarakat, serta cara berkomunikasi masyarakat.
Dari data strata sosial, mayoritas masyarakat Sitaro adalah berpenghidupan sebagai Petani Nelayan. Siang bercocok tanam dan mengurus kebun pala, kelapa dan cengke, malamnya pergi melaut, mencari ikan untuk kebutuhan hidup sehari hari, dan menunjang ekonomi. Itulah kehidupan inti masyarakat SITARO. Jika demikian maka yang paling penting dilakukan adalah memikirkan kehidupan kaum mayoritas ini, yang tak lain adalah kaum Petani dan nelayan, walapun masyarakat dalam strata sosial yang lainnya harus ikut dipikirkan juga.
Keperdulian kepada masyarakat.
Untuk bisa memikirkan nasib kaum mayoritas, yang adalah kaum Petani dan Nelayan di Sitaro ini, maka diperlukan seseorang yang benar benar perduli, seseorang yang mengerti nasib masyarakat yang nasibnya terkebelakang, menderita dan seakan tak berdaya tersebut. Rasa keperdulian lahir dari rasa SENASIP, SEPENDERITAAN dan SEPENANGGUNGAN dalam masyarakat. Oleh karena itu, adalah sangat beralasan jika pemimpin masyarakat tersebut adalah seseorang yang muncul dari tengah kaum yang SENASIP, SEPENDERITAAN dan SEPENANGGUNGAN tersebut. Pemimpin yang lahir dari kaum yang SENASIP, SEPENDERITAAN DAN SEPENANGGUNGAN tersebut bisa muncul sebagai pemimpin dari kelompoknya, karena pasti dia sangat merasakan apa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, tema penyatuan dalam perjuangan kita adalah SENASIP, SEPENDERITAAN, DAN SEPENANGGUNGAN.
Jangan percayakan nasibmu kepada mereka yang tidak mengerti latar belakang hidupmu. Jangan pernah berharap kaum yang tidak SENASIP, SEPENDERITAAN DAN SEPENANGGUNGAN bisa mengerti dan mau memikirkan nasibmu.
Bung Karno bisa muncul jadi pemimpin besar, karena beliau merasakan apa yang dirasakan masyarakat Indonesia waktu itu, dan beliau adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang sependeritaan. Mohatma Gandhi, mengerti kaum termarjinalkan di India, dan beliau adalah bagian dari masyarakat yang termarjinalkan itu, sehingga dia muncul jadi pemimpin di India. Nelson Mandela sangat renyu hatinya melihat masyarakat Afrika harus menderita dibawah penjajahan kaum imperialis colonial, sehingga muncul menjadi pembela nasib kaumnya di Afrika.
Seseorang haruslah MERASAKAN APA YANG MENJADI PENDERITAAN MASYARAKATNYA, barulah dia bisa tergerak hatinya untuk mempejuangkan nasib masyarkatnya.
Mereka yang terlahir dalam satu kelompok yang sama, dalam satu rumpun masyarakat yang sama, akan mengerti apa yang menjadi kebutuhan, apa yang menjadi tuntutan, apa yang terjadi dimasyarakatnya, dan apa yang dialami oleh anggota kelompok itu.
Oleh karena itu saya memilih untuk menjadi tema perjuangan kita adalah; SATU NASIB, SATU PENDERITAAN, DAN SATU PENANGGUNGAN.
Mereka yang tidak sekelopok, tidak senasib, tidak sependeritaan dan tidak sepenanggungan, tidak akan pernah sejiwa, dan tidak akan pernah merasakan apa yang anggota kelompok atau masyarakat rasakan.
Dengan semangat SATU NASIB, SATU PENDERITAAN, SATU PENANGGUNGAN tersebut, perjuangan kita akan terarah, serta memiliki semangat, roh perjuangan yang sama, juga memiliki energi perjuangan yang sangat kuat. Kekuatan itulah yang akan mengantar kita kedepan pintu kemenangan dalam pemilu di SITARO PADA tahun 2018..
Mari kita bersatu, karena “Bersatu Kita Teguh,Bercerai Kita Runtuh”.
SATU NASIP, SATU PENDERITAAN, DAN SATU PENANGGUNGAN. Inilah yang akan menjadi tema persatuan perjuangan, semangat perjuangan, Roh dan energi perjuangan dari HELLO.
BERSAMA HELLO KITA BISA AMAN, DAMAI DAN SEJAHTERA.
BERSAMA HELLO KITA BISA.
Salam HELLO for semua saudaraku, sahabatku, pendukungku dan simpatisanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar