MENGULAS
SEJARAH , ARTI DAN MAKNA PASKAH
ASAL
MUASAL PASKAH :
Matzo, pengganti
tradisional untuk roti yang dimakan pada saat hari raya Pesakh.
Festival Pesakh umat Yahudi,
atau Paskah Yahudi (Ibrani,dan Yiddish:
פֶּסַח, Tiberias: pɛsaħ, Ibrani:
Pesach, Pesah, Pesakh; bahasa
Inggris: Passover), adalah perayaan yang dirayakan pada hari
ke-14 dalam bulan yang disebut Nisan (Imamat 23:4;
Bilangan 9:3-5, Bilangan 28:16),
bulan pertama kalender Ibrani selama delapan hari.
Festival ini berakhir pada hari ke-21 Nisan diIsrael,
dan hari ke-22 Nisan di
luar Israel dan
dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Selama seminggu itu
hanya roti yang tidak beragi (bahasa Inggris: unleavened
bread) yang boleh dimakan, sehingga hari-hari itu juga disebut Hari Raya
Roti Tidak Beragi
Ada tiga mitzvah yang
biasanya dihubungkan dengan peringatan ini, yaitu: memakan matzoh, atau roti tidak
beragi; larangan memakan makanan apapun yang mengandung ragi pada hari raya
ini; dan penyampaian kembali peristiwa Keluaran (Mitzrayim).
Di zaman dahulu (dan bahkan sampai sekarang di antara orang Samaria,
ada peristiwa keempat yang dilakukan yaitu: persembahan kurban anak domba
pada malam tanggal 14 Nisan (juga dikenal
sebagai Aviv) dan memakan kurban Paskah pada malam itu. Perintah untuk
mengisahkan kembali peristiwa pembebasan ini dilakukan melalui sebuah upacara
komunal yang disebut seder,
yang dirayakan pada dua malam pertama dari hari raya ini (di Israel, hanya pada
malam pertama). Kebiasaan lainnya yang terkait dengan Paskah Yahudi ini adalah
memakan sejenis tanaman pahit dan makanan-makanan lain yang khas untuk makan
malam seder. Sementara ada banyak alasan diberikan untuk
memakan matzoh, Kitab Keluaran menjelaskan bahwa hal ini memperingati roti yang
dimakan bangsa Israel pada peristiwa Keluaran: karena tergesa-gesa meninggalkan
Mesir, mereka tidak mempunyai waktu untuk menunggu adonan rotinya naik.
Asal usul perayaan paskah
Istilah Paskah berasal dari Alkitab Ibrani,
yang pertama kali disebutkan dalam Kitab Keluaran.
Dalam bahasa Inggris, istilahnya diterjemahkan menjadi Passover, yang berarti melewatkan.
Perayaan ini diduga sebenarnya berasal dari perayaan Keni yang diberi makna baru oleh Israel. Bagi Israel, perayaan ini adalah hari
peringatan akan terlepasnya mereka dari perbudakan bangsa Mesir.
Wabah terakhir dari wabah di Mesir, yaitu pembunuhan atas
semua anak sulung, seperti halnya wabah-wabah lainnya, tidak melanda bangsa
Israel.
Torah menyatakan
bahwa ketika melihat percikan darah anak domba di pintu-pintu rumah orang
Israel, Allah melewatkan rumah-rumah mereka. Kata kerja aslinya
dalam Torah adalah posach. Bentuk kata
bendanya, pesach, juga
muncul pada pasal yang sama, dalam acuan kepada anak domba itu (kadang-kadang
juga diacu sebagai anak domba
Paskah) yang dikurbankan sebelumnya hari itu dan kemudian dimakan pada malam
itu: "buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagiTUHAN."(Keluaran 12:11). https://id.wikipedia.org/wiki/Paskah_Yahudi
PENGGUNAAH ISTILAH PASKAH SETELAH KEMATIAN YESUS
Paskah juga merujuk
pada masa di dalam kalender gereja yang disebut masa Paskah,
yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah
(puncak dari Pekan Suci) hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa
tersebut diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang
artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi
peristiwa turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah
dinamakan Oktaf Paskaholeh Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga
mengakhiri perayaan Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih,
yaitu masa-masa berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.
Paskah merupakan salah satu
hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut dengan perayaan yang berpindah karena disesuaikan
dengan hari tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di
dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen
lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan
sebuah formula
kompleks. Paskah biasanya dirayakan antara akhir bulan Maret hingga akhir
bulan April (kekristenan ritus Barat)
atau awal bulan April hingga awal bulan Mei (kekristenan ritus Timur)
setiap tahunnya, tergantung kepada siklus bulan. Setelah ratusan
tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua gereja
telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut Gereja Koptik) yang menentukan bahwa hari
Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan Purnama Paskah, yaitu bulan purnama
pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh
pada atau setelah 21 Maret (titik Musim Semi Matahari/vernal
equinox gerejawi)
Minggu Paskah bukan
perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa Ibrani: פסח atauPesakh dalam
hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa
Indonesia tidak memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah Pesakh (Yahudi)
dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa bahasa Eropa yang
mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat memiliki
dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.
Banyak elemen budaya,
termasuk kelinci Paskah, telur Paskah,
dan mengirim kartu Paskah telah
menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa
dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.
PASKAH
DALAM KEKTRISTENAN
Paskah merupakan
perayaan tertua di dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Paus Leo
Agung (440-461) menekankan pentingnya
Paskah dan menyebutnya festum festorum -
perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan
perayaan Paskah.
Menurut tradisi Sinoptik,
Paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus,
yang didasari dari Perjamuan
Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan murid-murid Yesus. Pada malam itu sebelum Yesus
dihukum mati, Yesus memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi. Roti dilambangkan sebagai tubuh Yesus dan anggur dilambangkan sebagai darah Yesus,
yaitu perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah. Rasul Yohanes dan Pauluslah yang mengaitkan kematian
Yesus sebagai penggenapan Paskah Perjanjian
Lama (Yesus wafat pada
saat domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di kenisah atau Bait Allah).
Kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang kemudian diasosiasikan dengan
istilah Paskah dalam kekristenan.
Karena Paskah
dirayakan oleh gereja-gereja Kristen dengan suatu sakramen Ekaristi/Perjamuan Kudus, maka
sakramen tersebut dapat pula disebut sebagai Perjamuan Paskah Kristen, atau
Perjamuan Kudus Jumat Agung, yang berbeda dari Perjamuan Paskah Yahudi. Banyak
gereja Kristen saat ini merayakan perjamuan tersebut lebih dari setahun sekali
agar jemaat gereja selalu diingatkan akan peristiwa Paskah.
Di dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, kata Paskah disebutkan sebanyak 80 kali dalam 72 ayat.
Gereja
mula-mula memperingati
peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa. Kemudian
dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula
akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus
dan
perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir. Sumber yang paling awal
yang menulis tentang Paskah adalah
Melito dari Sardis yang menulis
homili berjudul
Peri Pascha (Tentang Paskah). Orang-orang Kristen
pada zaman tersebut menapak tilas jalan salib (
Via Dolorosa)
yang dilalui oleh Tuhan Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban
keselamatan dalam tradisi Yahudi (
bahasa Ibrani:
Zerah
Syelamin).
Orang Kristen
Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan
domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang sejati.
Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang
melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah. Orang
Kristen Yahudi dan jemaat
provinsi Asia merayakannya pada hari yang bersamaan
dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14
Nisan (bulan pertama) menurut kalender
mereka -
kematian
Yesus pada 15 Nisan
dan
kebangkitan
Yesus pada 17 Nisan -
tanpa mempedulikan harinya; namun orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di
Kekaisaran
Romawi dan juga gereja
di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu -
hari
kebangkitan
Yesus, tanpa mempedulikan tanggalnya. Metode yang kedua inilah yang
akhirnya lebih banyak digunakan di gereja, dan penganut metode yang pertama
perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir
abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14
Nisan adalah
bidat dan mengucilkan semua pengikutnya.
Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di
Galia yang menghitung Paskah berdasarkan
tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian
Yesus dan 27 Maret memperingati kebangkitan Yesus
karena sejak abad ke-3 tanggal 25
Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban. Namun metode yang terakhir ini tidak
digunakan lama. Banyak kalender pada
Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25
dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis
].
Kaum
Montanis di
Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu
pertama setelah
6 April.
Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga
abad ke-4.
Perselisihan
seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas
secara resmi pada
Konsili Nicea
I pada tahun
325 yang memutuskan bahwa hari Paskah
adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang
merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan "
Quartodeciman"
(bahasa Latin untuk
14)
(Nisan) dan dikucilkan dari gereja. Uskup
Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara
menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi
untuk hal-hal yang berhubungan dengan
astronomi,
dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti
keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan,
terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak gereja masih memakai cara mereka
sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma. Akhirnya baru pada abad ke-7
gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu
Paskah. (lebih lanjut lihat
#Tanggal
Paskah)
Paskah menurut kalender liturgi
Pada kekristenan
ritus Latin (Barat), Paskah menandai berakhirnya masa
Pra-Paskah,
yaitu 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menjelang Minggu Paskah. Sepekan
sebelum Minggu Paskah disebut sebagai
Pekan Suci.
Hari Minggu sebelum Minggu Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari
Minggu Palma yang memperingati masuknya Yesus ke
kota
Yerusalem menaiki seekor
keledai.
Tiga hari terakhir sebelum Minggu Paskah disebut sebagai
Kamis Putih atau Kamis Suci,
Jumat Agung,
dan
Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, yang ketiganya
sering disebut sebagai
Trihari Suci atau Triduum Paskah; Kamis Putih
memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat Agung memperingati kematian
Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.
Banyak gereja yang
mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan
kebaktian Malam Paskah. Pada beberapa
negara, Minggu Paskah dirayakan selama dua hari hingga
Senin Paskah,
dan hari-hari dalam sepekan setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan
Pekan Paskah,
masing-masing diberi
akhiran Paskah, seperti "Selasa
Paskah", "Rabu Paskah", hingga
Oktaf Paskah,
yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah. 40 hari (yang kemudian diperpanjang
menjadi 50 hari atau 7 minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan
masa Paskah yang diakhiri dengan hari
Pentakosta (hari ke-50).
Pada kekristenan
ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama masa
Puasa Besar dan dimulai sejak
Senin Bersihselama 40 hari
(termasuk hari Minggu). Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut dengan
Pekan Palma, yang berakhir dengan hari
Sabtu Lazarus. Sehari
setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan Suci, lalu Minggu Paskah. Pada Sabtu
tengah malam menjelang Minggu Paskah perayaan Paskah resmi dimulai, yang
terdiri atas
Matins,
Jam-jam Paskah, dan
Liturgi Surgawi Paskah;
dengan demikian liturgi tersebut dijamin merupakan liturgi pertama Minggu
Paskah, sesuai gelarnya sebagai
festum
festorum - perayaan dari
semua perayaan. Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai
Pekan Terang, sedangkan
masa setelah Minggu Paskah hingga Minggu
Para Kudus (hari Minggu setelah Pentakosta)
disebut sebagai
Pentakostarion.
PASKAH DI GEREJA MODEREN.
Di dalam
gereja-gereja Kristen, terutama
Ritus Latin,
perayaan dimulai pada hari
Jumat Agung.
Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat
Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini.
Misanya diliputi dengan perasaan duka karena
memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu
salib. Gereja-gereja
Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramen
Perjamuan
Paskah untuk
memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti
"Jangan Lupa
Getsemani
juga dinyanyikan. Sang
pastor atau
pendeta kadang-kadang memberikan
kotbah singkat. Gereja Katolik Roma tidak
merayakan Sakramen Ekaristi pada hari ini, dalam situasi normal juga tidak
dilayankan Sakramen
Pengakuan Dosa dan
Pengurapan Orang Sakit.
(lebih lengkapnya lihat
Jumat Agung)
Pada hari
Sabtunya gereja-gereja Katolik dan beberapa
gereja
Anglikan dan
Lutheran juga menyelenggarakan
kebaktian malam Paskah. Dalam kebaktian
itu sebuah
lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus
yang bangkit;
Exultet atau proklamasi Paskah dinyanyikan;
ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang menceritakan keluarnya bangsa
Israel dari Mesir dan nubuatan tentang
Mesias dibacakan. Bagian kebaktian ini
mencapai puncaknya dengan menyanyikan
Gloria dan
Alleluia,
dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan. Sama seperti kebaktian Jumat
Agung, sang pastor atau pendeta kadang-kadang juga menyampaikan kotbah sesudah
pembacaan Alkitab. Bagi gereja Katolik Roma, malam ini biasanya juga digunakan
untuk sakramen
baptisan
kudus, malam penerimaan anggota jemaat gereja yang baru. Untuk
anggota jemaat yang lain, mereka juga menerima percikan
air suci sebagai lambang perbaruan iman
kepercayaan mereka. Kebaktian pada gereja-gereja Katolik Roma kemudian
dilanjutkan dengan sakramen
Konfirmasi.
Kebaktian kemudian diakhiri dengan sakramen
Ekaristi.
Kebaktian malam Paskah ini memiliki bermacam-macam variasi. Beberapa gereja
mengadakannya pada
Umat Protestan
biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi,
yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang ke
kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu. Ada gereja yang
menyelenggarakannya pada sekitar subuh (
kebaktian
subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman
gereja atau taman di dekat gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah
matahari terbit. Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini
(baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan
sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang
bernuansa kemenangan. Gereja-gereja yang cukup besar ada yang menggunakan
instrumen-instrumen tiup (
trompet, dll) untuk melengkapi instrumen-instrumen yang biasa
digunakan. Kebanyakan gereja juga mendekorasi ruang ibadah dengan hiasan-hiasan
dan bunga-bungaan (contohnya
Bakung Paskah)
ETIMOLOGI
Istilah Paskah
dalam bahasa-bahasa Latin biasanya diturunkan dari salah satu dari dua sumber: Paskha atau Pesakh danEstre/Eostre atau Easter.
Dalam bahasa-bahasa Slavia, biasanya istilah yang digunakan memiliki arti
"Hari Agung".
Bahasa-bahasa Semitik, Roman,
Keltik, Jermanik, dan Indonesia
Istilah Yunani
untuk Paskah,
paskha/
pascha,
tidak ada hubungannya dengan
kata kerja paschein,
"menderita", meskipun para penulis simbolis sering menghubungkan
keduanya; kata tersebut berasal dari bentuk
bahasa Aram untuk kata dalam
bahasa Ibrani pesach. Orang
Yunani menyebut Paskah
pascha anastasimon; Jumat Agung
pascha staurosimon. Kata setara
yang digunakan di dalam
bahasa Latin adalah
Pascha resurrectionis dan
Pascha
crucifixionis. Di dalam buku
liturgi Katolik Romawi perayaannya diberi nama
Dominica Resurrectionis; di buku liturgi Mozarabik
In Lætatione Diei Pasch
Resurrectionis; di buku liturgi
Ambrosius In Die Sancto Paschæ..
Bahasa-bahasa
Romans telah mengambil
istilah Ibrani-Yunani tersebut:
Latin,
Pascha;
Italia,
Pasqua;
Spanyol,
Pascua;
Perancis,
Pâques. Beberapa negara-negara
Keltik dan
Teutonik juga menggunakannya:
Skotlandia,
Pask;
Belanda,
Paschen (kata dalam bahasa Belanda yang betul
sebenarnya adalah Pasen);
Denmark dan
Norwegia,
Påske;
Swedia:
Påsk (Huruf
å merupakan huruf 'a' berganda dan dieja
/o/, ejaan alternatifnya adalah
Paaske atau
Paask.);
Islandia:
Páskar;
Faroe:
Páskir; bahkan di beberapa
provinsi Jerman di
Rhein Hulu menggunakan istilah
Paisken, bukan
Ostern. Istilah tersebut,
terutama di
Spanyol dan
Italia,
mengalami perluasan makna dan memiliki makna tambahan "keheningan"
dan digunakan untuk perayaan-perayaan lainnya,
Pascua florida(Minggu Palma);
Pascua de Pentecostes (Pentakosta);
Pascua de la Natividad (Natal);
Pascua de Epifania (
Epifani)
di Spanyol;
Pasko(Natal);
Pasko ng Pagkabuhay (Paskah Kebangkitan) di
Filipina.
Di beberapa wilayah di
Perancis kebaktian Komuni Pertama juga disebut
dengan
Pâques, tidak
peduli kapan dilangsungkannya.
Orang-orang Kristen
berbahasa
Arab atau
bahasa
Semitik lainnya
kebanyakan menggunakan istilah
Pesaḥ.
Istilah bahasa Arab untuk perayaan ini:
عيد الفصح
ʿĪd al-Fiṣḥ,
[ʕiːd ælfisˤħ] memiliki
akar kata F-Ṣ-Ḥ, yang masih
kognasi dengan
Ibrani P-S-Ḥ. Bahasa Arab juga menggunakan
istilah
عيد القيامة
ʿĪd al-Qiyāmah,
[ʕiːd ælqiyæːmæh],
yang berarti "perayaan kebangkitan", walaupun istilah ini lebih jarang digunakan.
Bahasa-bahasa Anglo-Saxon
Dalam bahasa
Inggris, istilah
Easter (Paskah) menurut
Bede berasal dari
bahasa Saxon,
yaitu kata
Ēastre atau
Ēostre (
Templat:IPA-ang) yang
masih berhubungan dengan Estre, seorang dewi bangsa Teutonik, dewi cahaya fajar
dan musim semi, yang perayaannya berdekatan dengan perayaan Paskah, yang sudah
tidak dikenal lagi pada zaman Bede, bahkan di "
Edda"; bahasa
Anglo-Saxon,
termasuk
Inggris:
eâster, eâstron
Jerman Kono:
ôstra, ôstrara, ôstrarûn;
Jerman:
Ostern.
April disebut
easter-monadh. Bentuk
plural eâstron digunakan, karena perayaannya
berlangsung selama tujuh hari. Seperti bentuk plural dalam
bahasa
Perancis Pâques,
istilah tersebut diterjemahkan dari
bahasa Latin Festa Paschalia, seluruh Oktaf
Paskah.
Bahasa-bahasa Slavia
Di dalam
bahasa-bahasa Slavia istilah yang digunakan biasanya berarti "Hari
Agung" atau "Malam Agung".
Polandia dan
Ceko,
Wielkanoc dan
Velikonoce yang berarti "Malam(-malam)
Agung";
Ukrainia,
Великдень (Velykden);
Bulgaria,
Великден (Velikden);
Belarusia,
Вялікдзень (Vyalikdzyen) yang berarti "Hari Agung".
Serbia,
Bosnia,
dan
Kroasia menggunakan istilah
Uskrs yang berarti "Kebangkitan".
(Tiga istilah yang digunakan dalam aksara Sirilik dan Latin: Ускрс->Uskrs,
Васкрс->Vaskrs, Вeликден->Velikden)
Paskah (dan
perayaan lain yang berhubungan) yang merupakan hari terpenting dalam kalender
gerejawi disebut sebagai
perayaan yang berpindah, yang berarti
perayaannya tidak terpaku pada tanggal tertentu di dalam
kalender Gregorian maupun
Julian (yang sama-sama mengikuti perputaran
matahari dan keempat musim) melainkan dihitung menurut
kalender suryacandra seperti
kalender
Ibrani. Hal inilah yang mendasari ilmuwan-ilmuwan mempelajari
astronomi secara sistematis.
Di dalam kalender
Gregorian, Paskah selalu jatuh pada hari Minggu antara
22 Maret dan
25 April (inklusif).
Hari berikutnya,
Senin Paskah,
merupakan
hari libur di banyak negara dengan tradisi
Kristen yang kuat. Untuk negara-negara yang mengikuti kalender Julian untuk
perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret
(KJ) dan 25 April (KJ), yang dalam kalender Gregorian adalah
4 April-
8 Mei (inklusif).
Tanggal Paskah yang
tepat pernah menjadi pokok perdebatan. Di dalam
Konsili
Nicaea I pada
325 diputuskan bahwa seluruh umat Kristen
akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan dihitung secara berbeda
dari perhitungan umat
Yahudi untuk menentukan tanggal
Paskah Yahudi.
Karena tidak adanya catatan keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern,
ada kemungkinan bahwa konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk
menghitung tanggal Paskah.
Epifanius dari Salamis menulis pada pertengahan
abad ke-4:
Pada tahun berikutnya, cara perhitungan yang dikerjakan oleh gereja Aleksandria
menjadi standar perhitungan. Secara perlahan sistem tersebut mulai tersebar ke
gereja-gereja Kristen di
Eropa. Gereja Roma
meneruskan penggunaan siklus kalender suryacandra yang berusia 84 tahun sejak
akhir abad ke-3 hingga
457. Gereja Roma terus
menggunakan caranya sendiri hingga
abad ke-6 saat metode Aleksandria telah dikonversikan
ke kalender Julian oleh
Dionysius
Exiguus. Gereja mula-mula di
Britania dan
Irlandia juga menggunakan metode Roma yang lama
tersebut hingga
Sinode Whitby tahun
664 saat mereka mulai menggunakan metode
Aleksandria. Gereja-gereja di belahan barat Eropa menggunakan metode Roma
hingga akhir
abad ke-8 pada masa pemerintahan
Karel yang
Agung, lalu mereka menggunakan metode Aleksandria. Namun, sejak
Gereja
Katolik mulai
menggunakan kalender Gregorian menggantikan kalender Julian sejak 1582 dan
Gereja Ortodoks Timur tetap berpegang pada kalender Julian,
maka perayaan Paskah kembali dirayakan secara berbeda, dan perbedaan itu tetap
ada hingga saat ini.
https://id.wikipedia.org/wiki/Paskah#Hubungan_dengan_penanggalan_Paskah_Yahudi
Dari uraian serjarah
dan etimologi terlihat bahwa paskah yang dahulunya dirayakan oleh bangsa Yahudi
sebagai peringatan kebebasan atas pembunuhan anak sulung dalam balah di Mesir
yang dilakukan oleh Malaikat dengan mengoles darah anak domba di pintu rumah
umat Israel, yang akhirnya setelah kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus
upacara tersebut telah dihilangkan, karena darah anak domba adalah lambang dari
Yesus Kristus sang juruslamat yang telah menyerahkan nyawanya di atas kayu salib
untuk menebus dosa manusia. Dan setiap orang berhak menerima memperoleh
keselamatan itu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus.
Demikianlah uraian
tentang sejarah, arti dan makna dari perayaan paskah. Semoga dapat mnolong umat
kristiani lebih memahami akan sejarah, arti dan makna perayaan paskah ini dan
dapat menguatkan iman kristiani kita.
By Helfried Lombo
SALAM HELLO FOR SITARO.
Phone : 081385893809