IKUTILAH HATI NURANIMU
Randy, adalah anak bungsu dari empat bersaudara yang hidup di Kampung Winangun, Siau Barat Utara.Tidak seperti anak bungsu yang laiN biasanya manja, cengeng, sulit mandiri. Hanya satu ciri anak bungsu yang ada pada Randy, yaitu anak mama sekali. Dia sangat menyayangi Mamanya. Sepulang dari bermain, ataupun dari sekolah, selalu Mamanya yang dicari. Mereka berempat dididik dalam kehidupan Kristen yang baik, walaupuan mereka hidup dalam kehidupan ekonomi yang boleh dibilang sulit. Maklum Bapaknya Randy, Om Natu adalah seorang Diakon. Sehingga walaupun dalam hal kehidupan mereka boleh dibilang terkebelakang, namun dalam hal pendidikan moral masih tetap diutamakan.
Setiap hari pekerjaan Om Natu adalah naik pohon kelapa. Walau tidak memiliki pohon kelapa sendiri, namun bekerja sebagai pemanjat kelapa, pendapatannya boleh dibilang cukup untuk bisa menghidupi kehidupan mereka sehari hari. Bahkan sekolah keempat anaknya, Om Natu selalu utamakan. Dia tidak memperbolehkan mereka berempat ikut ke kebun kelapa kalau jam harus sekolah. “Kalian berempat harus dahulukan pendidikan” Nasihat Om Natu kepada mereka berempat. “Biarjo Papa Cuma jadi tukang panjat kepala, mar kasiang ngoni ampa harus jadi manusia, harus ada pangkat” Nasihat Om Natu ke anak-anaknya. Riko, kakak Randy yang tua sudah tamat SMA, dan harus melanjutkan kuliahnya ke Manado, di Unima. Sance kakaknya yang nomor dua, baru saja naik ke kelas 3 SMA. Sedangkan Robert, kakanya yang ke tiga baru saja tamat SMP. Randy sendiri masih Kelas 2 SMP.
Berjalannya waktu, Riko kakaknya Randy yang paling tua selesai dari Unima, dan diterima jadi Guru di Jayapura, Papua, dan sudah menikah di sana. Sance, berhasil menyelesakan pendidikannya di Unsrat di Fakultas Perikanan, dan diterima di Perusahaan Perikananan di Bitung, dan sudah berkeluarga di Bitung. Si Robert masih sedang menyelesaikan pendidikannya di Unima.
Rendy, begitu selesai dari SMA Ondong, dia berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Namun kedua orang tuanya tidak setuju Randy tidak melanjutkan pendidikannya. “Randy, walaupun Papa hanya tukan nae kelapa, tapi papa tidak mau anak-anak juga harus mengikuti jejak Papa. Kalian berempat semua harus sekolah, walaupun dengan susah payah Papa bekerja, kalian harus sekolah” Kata Bapaknya. Randypun mengikuti nasihat Papanya.Minggu depan kamu harus ke Manado. Saat Randy sudah mau pamit ke orang tuanya, Mamanya berpesan, “ Randy, kalau terjadi situasi yang sulit untuk mengambil keputusan, Ikutilah Hati Nuranimu”. Randypun berangkat ke Manado, merelakan Papa dan Mamanya di kampung Winagung, tanpa anak-anak lagi. Pas ada program pertukaran pemuda untuk ke Amerika, Randypun ikut mendaftar. Dan ternyata setelah melalui proses seleksi yang panjang Randy berhasil terpilih sebagai Pemuda Sulawesi Utara yang harus ke Amerika. Entah bagaimana caranya, Randy malah berhasil juga diterima menjadi Mahasiswa di Pinceton University di New York. Karena Dia sangat menguassai mata pelajaran IPA dan Matematika, maka di memutuskan untuk mengambil jurusan Mechanical and Aerospace Enginering. Randy sangat berprestasi di Kampus. Banyak mahasiswa menyenanginya, karena kebolehannya dalam menguasai pelajaran Kalkulus dan Fisika.
Sudah menjelang semester Akhir, tiba-tiba ada berita yang masuk di emailnya, kebetulan ada 3 email yang masuk sekaligus, dari ketiga kakanya yang di Indonesia. Isi berita sungguh mengejutkan hatinya Randy. Tidak jadi dia belajar, pikirannya pecah, kacau. Karena ternyata isinya adalah Bapak Natu, telah meninggal dunia di Kampung Winangung Kinali, Siau Barat Utara. Pikiran Randy langsung jadi kacau. Terpikir bagaimana jadinya nasib Mamanya yang hanya seorang diri. Dia mengecek rekeningnya, ternyata masih ada cukup saldonya untuk bisa membiayai kepulangannya ke Indonesia. Randy langsung menghubungi travel agent yang ada di Kampus, dan memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, ke Manado. Besoknya Randy langsung menemui bagian kemahasiswaan di Kampus, dan langsung meminta izin untuk pulang ke Indonesia. Berangkat dari New York, melalui Los Angeles, ke Tokyo, dan kemudian Jakarta. Di Jakarta dia hanya transit, langsung pindah pesawat Garuda ke Manado. Malamnya dia langsung naik kapal sambar yang malam, terus ke Siau. Sampai di Ulu jam 11.00 malam, sudah ada mobil dari Kinali yang menjemputnya, dan langsung ke Winangun naik Ojek. Maklum tidak ada mobil yang bisa naik ke Winangun. Sampai di Winangun, semua ketiga kakaknya sudah ada, tinggal menunggu Randy. Randy sangat sedih melihat kepergian Papanya. Yang lebih bikin sedih karena Mamanya hanya seorang diri di Kampung. Setelah acara pemakaman selesai, keluarga berunding,membahas bagaimana mengurus Mama mereka.
Riko tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di Jayapura. Sance juga tugasnya berat ditinggal, apalagi mereka sudah ada rumah di Bitung. Robert, baru saja diterima menjadi Dosen di Unima. Randypun angkat bicara. Ok, dari pada Mama seorang diri, biarlah kita mengalah. Nda apa kita tidak usah kembali ke Amerika. Lagian dari awal sebenarnya kita sudah tidak mau sekolah. Karena waktu itu kita so bapikir, bagaimana kalau suatu waktu terjadi apa apa dengan Papa atau Mama, lalu hanya salah satu dari mereka yang tinggal di rumah ini seorang diri. Kenyataan sekarang Papa sudah dipanggil oleh Tuhan, mendahului Mama. Tune Riko, Ara Sance dan Ari Obe, tidak mungkin meninggalkan pekerjaan. Biarlah kita mengalah, kita yang bertanggung jawab jaga Mama. Mamanya menangis mendengar ucapan anaknya. “Kenapa kamu harus korbankan pendidikanmu Nak, Mama kan sudah tua, nyanda apa kalau hidup sendiri di kampung, asal kalian berempat semua bisa meneruskan pendidikan kalian. Lagian itulah cita-cita Papa kalian” Kata Mama mereka. lalu Randy mencoba menjawab Mamanya, “Mama dulu waktu Randy mau berangkat ke Manado, Mama bilang, “Kalau kamu tiba pada keadaan yang sulit untuk memilih, Ikutilah Hati Nuranimu”. Kata itulah yang menguatkan Randy Ma. Itualah kata hati Randy Ma. Dan Randy yakin, Tuhan tidak akan meninggalkan Randy jadi susah di hari tua nanti. Karena Randy sudah memilih untuk lebih mengabdi pada Mama dari pada mengejar keinginan diri, napsu mengejar gelar. Nantilah lihat bagaimana hari esok. Tuhan pasti sudah ada rencana yang indah buat Randy. Kalaupun tidak bisa melanjutkan pendidikan, jadi tukang naik kelapa juga Randy siap juga demi Mama.
Semoga pengabdian Randy bisa menjadi inspirasi bagi kehidupan anak-anak sekarang.
Salam HELLO for SITARO 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar